BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Akhir-akhir ini kita acap kali mendengar kasus tentang teroris melakukan pemboman di tempa-tempat public yang dampaknya secara psikologis bagi sebagian orang merasa membuat dirinya ketakutan yang berimbas pada kebencian akan suatu kelompok karena sering kali yang disalahkan adalah simbol-simbol yang digunakan oleh teroris tersebut sehingga hal ini semakin membuat tipisnya toleransi keberagaman dalam masyarakat semakin terasa.
Ditambah lagi saat ini perempuan menjadi subjek dan objek yang terlibat langsung dalam teorisme entah alasan karena pernikahan, sosial, ekonomi, pejalanan spiritual yang salah dan esktrim intinya perempuan berpotensi menjadi korban dan pelaku artinya menjadi penghenti atau penyebar.
Maka, kita perlu tahu apa saja esktremisme kekerasan yang mengarah pada terorisme sedini mungkin sebagai upaya untuk menjaga dan menebalkan toleransi di tengah masyarakat sehingga kita bisa memproteksi diri dan orang sekitar kita dengan penuh empati.
Bentuk proteksi diri menjadi hal utama dalam memerangi ekstremisme kekerasan dengan menambah pengetahuan agar kita dapat mendeteksi atau mengenali tanda-tanda sedini mungkin dengan memahami prinsip dasar deteksi dini akan ekstremisme kekerasan dengan yang Prinsip do no harm yang artinya tidak memunculan label yang cenderung menghakimi terhadap salah satu kelompok atau sebagai individu sehingga penting bagi kita untuk memastikan niat dan tujuan dari peringatan dini yang kita lakukan dengan jelas penanganan dan keberlanjutannya.
Selain itu, kekerasan dan idoelogi kekerasan seperti yang kita tahu sifatnya itu kontekstual dengan menunjukan sikap kekerasan dan agresif sebagai symbol dari ekspresi emosionalnya, dimulai dari kegalauan yang tak tertahankan memicu stress atau depresi yang berlarut hingga beberapa individu tidak lihai dalam mengatasi hal tersebut secara positif akan mengeluarkan reaksi nya dengan kekerasan.
Dan yang terakhir, pentingnya kita untuk memahami narasi-narasi esktrem yang bertebaran di masyarakat agar kita mampu mendeteksi dini apakah hal tersebut merupakan narasi yang menyebabkan perpecahan yang mengarah pada terorisme.
Misal saja, banyak sekali dalil-dalil kitab Tuhan yang hanya di tafsirkan satu kali cenderung membuat orang mempercayai dan tidak mau menerima masukan yang membuat hatinya hitam memupuk kebencian pada suatu kelompok.
Sehingga kita sebagai perempuan dan masyarakat jangan hanya tinggal diam, perlu keterlibatan antar pihak untuk membuat counter narasi membawa narasi-narasi perdamaian yang lebih humanis, mengadakan kajian lintas iman yang multitafsir akan membuat kita lebih menghargai perbedaan satu sama lain, karena aku yakin berbeda adalah anugerah yang harus kita jalani dalam bermasyarakat dan berhubungan secara sosial.
Dimulai dengan memandang saudara tak seiman kita sebagai saudara kemanusiaan, menahan perkataan rasis atau esktrem bagi orang yang berbeda dengan kita dan masih banyak lagi. So, jagalah dirimu dan orang sekitarmu ya dengan memahami deteksi dini ekstremisme kekerasan !
Ditulis oleh Putri Nabila (Koalisi Perempuan Indonesia).
(*/tiwi)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Aksi korporasi bank bjb kembali mencatatkan pencapaian gemilang. Obligasi Keberlanjutan atau Sustainability…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Persib Bandung kontra Borneo FC dalam lanjutan Liga 1 2024/2025 berangsung sengit. Tampil…
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPR RI Cucun Syamsurijal melaporkan MA anggota DPRD Kabupaten Bandung…
KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Wakil Ketua DPP PKB, Cucun Syamsurijal mengatakan jika pesta demokrasi (Pilkada)…
WWW.PASJABAR.COM -- Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan pernyataan terkait peluang kiper Como 1907, Emil…
WWW.PASJABAR.COM -- Insting Shin Tae-yong sebagai pelatih terbukti dengan memasang Marselino Ferdinan sebagai starter saat…