PASPENDIDIKAN

Prof Eddy Jusuf Kupas Strategi Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi

ADVERTISEMENT

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Rektor Universitas Pasundan sekaligus Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah Jawa Barat, Prof. Eddy Jusuf mengungkapkan bahwa hanya 56 dari 4.593 perguruan tinggi di Indonesia yang telah memperoleh akreditasi unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).

Sedangkan di Jawa Barat dan Banten, terdapat 453 perguruan tinggi swasta, namun baru tujuh yang memperoleh akreditasi unggul.

Padahal akreditasi sangat penting bagi perguruan tinggi, karena menjadi bukti mutu sekaligus jaminan reputasi kampus tersebut kepada masyarakat. Namun sayangnya, masih banyak perguruan tinggi yang belum mencapai akreditasi Unggul, atau dulunya dikenal sebagai akreditasi A.

“Ini tentu PR (pekerjaan rumah) besar bagi kita semua untuk mencapai target ke unggul. Untuk menjawab PR ini, orang bijak mengatakan bukan kuat menguasai yang lemah, bukan yang besar menguasai yang kecil. Karena yang besar juga bisa jatuh. Tapi yang kuat adalah dia yang bisa cepat beradaptasi. Jadi kita sebagai kampus, ukuran tak jadi soal, yang penting harus bisa beradaptasi!,” ujar Eddy dalam kegiatan Executive Forum dan Buka Bersama SEVIMA, Kamis (6/3/2023).

Prof. Eddy Jusuf bersama 80 pimpinan perguruan tinggi se-Bandung Raya yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA, dan Direktur Kemitraan SEVIMA Ridho Irawan, mengupas tiga strategi agar mutu perguruan tinggi Indonesia bisa segera meroket. Berikut strateginya:

1. Integrasikan Perguruan Tinggi secara Digital

Sebagai tips pertama, perguruan tinggi menurut Prof. Eddy perlu memiliki sistem akademik berbasis digital yang dapat mengintegrasikan seluruh kebutuhan perguruan tinggi.

Sistem digital yang ada menurutnya juga harus mampu membuat laporan yang tepat dan akurat kepada Pemerintah, karena terkait dengan pemantauan mutu dan akreditasi.

Prof. Eddy mengisahkan pengalamannya memimpin Universitas Pasundan. Sudah lama perguruan tingginya memiliki sistem akademik dan fasilitas digital. Namun sayangnya sistem tersebut sempat tidak terhubung antar aplikasi, bahkan antar fakultas di satu perguruan tinggi.

“Sangat sulit untuk mengambil keputusan dan menjamin mutu, tanpa data dan sistem yang terintegrasi. Hingga akhirnya pada tahun 2018 dan 2019, kami mulai sadar untuk mengintegrasikan semua, dan di tahun itu pula akreditasi unggul diraih Universitas Pasundan. Dengan SEVIMA Platform, harapan kami bisa merasakan bagaimana manfaat punya sistem IT yang terintegrasi!,” ungkap Eddy.

2. Gotong Royong dan Singkirkan Ego

Perguruan tinggi terdiri atas ratusan hingga puluhan ribu orang. Tiap orang pastilah memiliki pemikiran dan sudut pandang yang berbeda. Perbedaan menurut Prof. Eddy, jangan sampai menjadi ego yang dapat menghambat kemajuan perguruan tinggi. Antar insan perlu bergotong royong dan menyingkirkan ego pribadi.

Hal ini juga diungkapkan UstadzTata Sukayat, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bandung sekaligus Ketua Lembaga Dakwah dan Dosen Universitas Pasundan.

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan menulis, adalah jihadnya para civitas akademika perguruan tinggi.

“Merefleksikan hikmah ramadhan, kita para civitas akademika, para ilmuwan, jihadnya dengan pena. Tidak usah angkat senjata. Jihadnya tentu harus berjilid-jilid dengan buku bahkan dengan jurnal. Ini tidak bisa dilakukan seorang diri, kita semua yang sedang berpuasa adalah peserta didik di Universitas Bulan Ramadhan, dan wajib berkolaborasi!,” lanjut Tata Sukayat.

3. Kelola Perguruan Tinggi dan Penerimaan Mahasiswa Baru berbasis Data

Perguruan tinggi tentu sangat erat dengan proses penerimaan mahasiswa baru. Proses ini sangat vital karena dapat mempengaruhi kemampuan finansial sekaligus mutu perguruan tinggi. Semakin tinggi kualitas dan jumlah mahasiswa baru yang didapat suatu perguruan tinggi, maka semakin baik pula mutu institusi kampus tersebut.

Hal ini diungkapkan Direktur Kemitraan SEVIMA Ridho Irawan. Kampus dengan jumlah mahasiswa yang banyak dan juga pintar, akan menjamin mutu di perguruan tinggi tersebut.

Aspek finansial perguruan tinggi juga dapat terjaga, karena perguruan tinggi dapat mengelola dana yang cukup untuk meningkatkan fasilitas kampus sekaligus menggaet talenta-talenta terbaik bangsa sebagai dosen dan staf.

“Kehabisan bensin (dana kampus) akibat pengelolaan perguruan tinggi dan penerimaan mahasiswa baru yang belum maksimal, menjadi keluhan di banyak perguruan tinggi. Jadi pengelolaan perlu berbasis data, dengan analisa dan target yang jitu, agar setiap sen dana yang kampus gunakan dapat impactful (berdampak maksimal) untuk peningkatan mutu!,” pungkas Ridho merefleksikan pengalaman kolaborasi SEVIMA dengan lebih dari 800 perguruan tinggi se-Indonesia. (*/tiwi)

Tiwi Kasavela

Recent Posts

Utang dan Perbudakan Modern

Oleh: Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Paguyuban Pasundan…

11 menit ago

Pj Gubernur Jabar Ajak Teladani Pahlawan dalam Upacara Hari Pahlawan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin memimpin upacara peringatan Hari Pahlawan…

10 jam ago

Pj Gubernur Jabar Serukan Pengelolaan Tata Ruang Berkelanjutan

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menyoroti pentingnya pengelolaan tata ruang…

11 jam ago

Usai Kalahkan Lion City Secara Dramatis Persib Baru Berlatih 13 November

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Usai kalahkan Lion City secara dramatis dalam laga AFC Champions League Two…

13 jam ago

Diana Mustika Dewi Bertekad Jadi Guru yang Menginspirasi

BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM-- Diana Mustika Dewi, atau yang akrab disapa Diana, adalah mahasiswa semester V jurusan…

14 jam ago

FOTO: Simulasi Pemungutan, Penghitungan Suara Pilkada Serentak 2024 Kota Bandung

FOTO KPU Bandung Gelar Perhitungan Suara BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung…

15 jam ago