BEKASI, WWW.PASJABAR.COM — Bisa mengganggu mental dan fisik anak, stunting harus diatasi di Kota Bekasi. Hal ini disampaikan Ketua DPRD Kota Bekasi, H. M. Saifuddaulah.
“Stunting ini kan lebih bahaya daripada gizi buruk. Karena kalau gizi buruk hanya mengganggu perkembangan fisik. Kalau stuntung mengganggu perkembangan mental,” ujar Saifuddaulah.
Lelaki yang akrab disapa Saifuddaulah ini mengatakan, usia balita hingga usia 2 tahun merupakan masa pertumbuhan fisik, jiwa dan mental anak. Jika anak usia tersebut terkena stunting, maka akan mengancam kualitas anak yang menjadi geberasi penerus bangsa.
“Stunting ini kan juga akan mengganggu perkembangan otak anak. Sehingga sulit dibayangkan seperti apa nantinya masa depan si anak,” tuturnya.
Karenanya Saifuddaulah mengingatkan kepada seluruh stakeholder agar membantu bekerjasama menurunkan angka stunting di Kota Bekasi. Minimal perduli dengan lingkungan tempat tinggalnya.
Dia menambhakna, meskipun secara data stastistik angka stunting di Kota Bekasi mengalami penurununan, namun tidak berarti bis berleha-leha dan santai.
“Meski Kota Bekasi mengalami penurunan, kita harus tetap waspada dan terus menekan angka stunting. Sehingga Kota Bekasi benar-benar zero stunting,” katanya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, Kota Bekasi mengalami penurunan stunting, dari 2019 hingga 2022. Tahun 2022 jumlah anak yang mengalami stunting sebanyak 4.575 atau 3,4 % dari jumlah penduduk. Angka tersebut menurun dibandingkan data 2021, sebesar 7,9%.
“Upaya yang dilakukan stakeholders Kota Bekasi menunjukan hal positif. Setahun terakhir ini, terjadi penurunan angka stunting sebesar 5,5%. Untuk target RPJMD Kota Bekasi pada 2022, prevalensi stunting sebesar 9,8%,” ujar Saifuddaulah.
Saifuddaulah mengatakan, program Jabar Zero stunting ini merupakan suatu terobosan untuk dijalankan Pemerintah Kota Kota Bekasi. Kendati, angka stunting di Kota Bekasi termasuk yang terendah, perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak agar kasus stunting di Jabar benar-benar nol.
“Angka stunting Kota Bekasi termasuk terendah di Jabar, yakni: 3,4 persen. Namun, untuk menzerokan stunting perlu kerja sama semua pihak, termasuk pengusaha melalui CSR. Kami akan coba undang pengusaha untuk merumuskan program-program pemberantasan Stunting ini,” kata Saifuddaulah.
Menurutnya, DPRD akan berusaha menggali Potensi Corporate Social Responsibility agar Jabar Zero Stunting betul-betul terwujud. Saifuddaulah, mengatakan Semua lapisan masyarakat, harus merapatkan barisan berantas Stunting. “Ingat masa depan bangsa ada digenerasi penerus,” pungkasnya. (*/adv)