*)CAHAYA PASUNDAN
Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si (Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan)
Kata ‘ibâdah (ibadah) adalah bahasa Arab yang berarti pengabdian, penyembahan, ketaatan, merendahkan diri, atau doa.
Secara istilah, ‘ibâdah berarti perbuatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai usaha untuk menghubungkan dan mendekatkan dirinya kepada Allah sebagai Tuhan yang disembah.
Orang yang melakukan ibadah disebut ‘âbid (subyek) dan yang disembah disebut ma’bûd (obyek).
Semua orang di hadapan Allah adalah ‘âbid, karena ia harus mengabdikan diri kepada-Nya. Allah Swt berfirman:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (Qs adz-Dzâriyât [51]: 56)
Ulama fikih mendefinisikan ibadah sebagai ketaatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah.
Redaksi lain menyebutkan bahwa ibadah adalah semua yang dilakukan atau dipersembahkan untuk mencapai keridhaan Allah Swt.
Ibn Taimiyah dan Yusuf Qardhawi mendefinisikan ibadah sebagai ketaatan dan ketundukan yang sempurna dengan rasa cinta terhadap yang disembah.
Kemudian, Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa ibadah berawal dari suatu hubungan yang erat antara hati
‘abid dengan Yang Disembah (ma’bud), lalu hubungan tersebut meningkat menjadi kerinduan karena tercurahnya perasaan hati kepada-Nya.
Kerinduan itu terus meningkat menjadi cinta yang terus meningkat lagi menjadi keasyikan, yang akhirnya menjadi cinta mendalam sehingga si pencinta ini bersedia melakukan apa pun demi Yang Dicintainya.
Lebih lanjut, Ibn Taimiyah mengatakan bahwa ibadah mencakup semua aktivitas yang dilakukan manusia yang disenangi dan diridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik yang lahiriah maupun batiniah.
Oleh karena itu, di samping shalat, puasa, zakat dan haji, berbakti kepada kedua orangtua, berkata baik dan jujur, menjalin silaturahim, berbuat baik kepada tetangga, bahkan berbuat baik kepada binatang juga merupakan bagian dari ibadah. (*)