BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Masjid Salman ITB melalui Wakaf Salman dan Saviorangers menggelar acara pelatihan pengelolaan sampah organik menjadi kompos rumah tangga pada Sabtu (30/9/23) di Masjid Salman ITB, Jl Ganesa No 7, Kota Bandung.
Acara bertajuk “Gerakan 1000 Moms Cerdas Kelola Sampah” ini berangkat dari keresahan masyarakat umum, khususnya ibu rumah tangga di Bandung Raya terkait penumpukan sampah.
Kegiatan ini merangkul mentor Salman Ramah Lingkungan sekaligus Ketua Ikatan Alumni Teknik Lingkungan ITB, Gun Gun Saptari dan melibatkan para ibu rumah tangga dalam aksi pengelolaan sampah.
Gun Gun Saptari yang akrab disapa Kang Gun Gun memberikan workshop terkait pengomposan sampah kepada seluruh peserta menggunakan metode Karung, Ember, dan Kompos (Kang Empos).
“Metode Kang Empos ini menjadi salah satu reaktor organik paling sederhana yang nantinya bisa dilakukan di rumah masing masing oleh peserta yang hadir,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, penumpukan sampah yang terjadi di Kota Bandung salah satunya disebabkan karena kebakaran TPA Sarimukti yang sudah terjadi berminggu minggu lamanya.
Salah satu penggiat di komunitas Salman Environment Rangers (Saviorangers) Lulu Nailufaaz mengatakan bahwa sumber masalah dari kasus tersebut adalah sampah yang tercampur dan tidak terkelola dengan baik.
‘Gas metana yang dihasilkan dari sampah organik di TPA Sarimukti menyebabkan sulitnya penanganan serta pengolahan sampah yang membuat semakin bertumpuknya sampah di berbagai lokasi di Kota Bandung,” ungkapnya.
Di balik itu, menurut data yang dihasilkan dari DLHK Kota Bandung, sebanyak 44,52% sampah yang paling sering dibuang oleh masyarakat Kota Bandung adalah sampah sisa makanan rumah.
“Hal itulah yang membuat Wakaf Salman beserta Saviorangers berupaya untuk memberikan solusi, dengan cara mewadahi para ibu rumah tangga dalam kegiatan pelatinan pengelolaan sampah organik,” tuturnya.
Wakaf Salman dan Saviorangers meyakini, ibu rumah tangga memiliki peran sentral dalam keluarga dan lingkungan terdekatnya perihal edukasi pemilahan sampah, khususnya pengelolaan sampah sisa makanan rumah.
“Harapannya, lebih banyak lagi penggerak penggerak untuk mendorong upaya penanganan sampah yang lebih baik lagi utamanya di Bandung Raya, sehingga tidak hanya peserta yang hadir saja yang bisa mengolah sampah organik dari rumahnya masing masing. Tetapi juga mereka dapat mengajak lebih banyak lagi warga warga di sekitar rumahnya,” ujar Lulu.
Hal yang sama dikatakan juga oleh General Manager Wakaf Salman, Bayu Rian Ardiansyah yang berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadikan Masjid Salman sebagai model dari Masjid yang ramah lingkungan.
“Kita akan selalu aktif mengedukasi masyarakat agar peduli dengan lingkungannya, dimulai dari hal yang paling sederhana yaitu mengelola sampah di rumahnya masing masing,” tandasnya.
Bayu menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Wakaf Salman dan Saviorangers ini sangat sejalan dengan misi Masjid Salman ITB, yaitu untuk menjadi Masjid Ramah Lingkungan.
Selain workshop mengolah sampah, adapun aksi sedekah sampah dan minyak jetantah yang diinisiasi oleh Saviorangers dan Asosiasi Kafe dan Restoran (AKAR Community).
Setiap peserta yang hadir, diwajibkan untuk membawa sampah dan minyak jelantah dan rumahnya, untuk kemudian dikeloja oleh tim terkait guna menjadi hal hal bernilai untuk program pemberdayaan sampah lainnya di Masjid Salman ITB. (*/tiwi)