BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Para ulama fikih mendefinisikan Salat Istisqa sebagai salat sunnah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan.
Dilansir dari bandung.go.id pada Rabu (11/10/2023), Salat Istisqa telah dipraktikkan di zaman Rasulullah Saw. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. disebutkan: “Nabi Muhammad Saw keluar rumah pada suatu hari untuk memohon diturunkan hujan, lalu beliau salat dua rakaat bersama kita tanpa azan dan iqamat, kemudian beliau berdiri untuk khotbah dan memanjatkan doa kepada Allah Swt dan seketika itu beliau mengalihkan wajahnya (dari semula menghadap ke arah hadirin) menghadap ke kiblat serta mengangkat kedua tangannya, serta membalikkan selendang sorbannya, dari pundak kanan ke pundak kiri, begitupun ujung sorbannya” (HR. Imam Ahmad).
Adapun waktu pelaksanaan Salat Istisqa adalah di siang hari, sebagaimana hadis yang diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah ra: “Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan Salat Istisqa manakala matahari mulai naik.” (HR Abu Dawud & Al-Hakim)
Para ulama berpendapat Salat Istisqa dapat dikerjakan hingga sore hari, asalkan tidak pada waktu diharamkan mengerjakan salat, yaitu pas matahari di atas kepala dan pas terbenam matahari. Salat Istisqa bisa dilakukan lebih dari satu kali hingga hujan turun.
Tata Cara Salat Istisqa
Tata cara salat Istisqa dimulai dengan imam dan makmum berkumpul di tanah lapang untuk mengerjakan salat secara berjamaah.
Lalu, imam dan makmum tanpa didahului azan dan iqamat berniat membaca niat Salat Istisqa:
Ushallii sunnatal istisqaa’i rak’ataini imaaman/makmuuman lillaahi ta’aala.
Sesudah takbiratul ihram, imam dan makmum melakukan takbir 7x pada rekaat pertama, dan 5x takbir pada rekaat kedua.
Di setiap rakaat, imam membaca surat Al-fatihah dan satu surat pendek secara jelas yang dapat didengarkan oleh para makmum. Dilanjutkan dengan rukuk, dua sujud dan duduk di antara dua sujud.
Pada rakaat kedua setelah sujud, imam dan makmum melakukan duduk tahiyyat akhir dan membaca bacaan tahiyyat, tasyahhud, dan salawat seperti yang dibaca dalam salat wajib. Diakhiri dengan bacaan salam dengan menolehkan wajah dan kepala ke kanan dan ke kiri.
Kemudian, imam menyampaikan khotbah dan didengarkan oleh jamaah yang hadir. Khotbah Salat Istisqa terdiri dari dua khotbah yang disampaikan khatib dengan cara berdiri dan sekali duduk di antara kedua khotbah.
Rukun khotbah dan tatacaranya dalam Salat Istisqa sama dengan yang dilakukan khatib sesudah salat Id. Di antaranya membaca takbir 9x pada khotbah pertama dan takbir 7x pada khotbah kedua.
Doa Salat Istisqa
Dalam materi khotbah dianjurkan khatib mengajak umat Islam untuk bertaubat, meminta ampun atas segala dosa, serta memperbanyak istighfar dengan harapan Allah SWT mengabulkan apa yang menjadi kebutuhan umat Islam dan makhluk hidup lainnya pada saat kemarau panjang.
Setiap mengakhiri khotbah pertama dan khotbah kedua, khatib disunnahkan membaca doa dengan cara dirinya membalikkan badan dan membelakangi jamaah untuk menghadap kiblat, menukar posisi selendang sorban di pundaknya, seraya mengangkat kedua tangannya.
Selama khotbah dianjurkan sering membaca istighfar dan membaca Surah Nuh ayat 10-12: “Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, yang menyenangkan, yang berakibat baik, yang membawa kesuburan, yang melimpah, dan yang selalu membawa manfaat.
Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya pada hamba dan negeri ini ada kesusahan, penderitaan, dan kesempitan yang hanya kami adukan kepada Engkau.
Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman, deraskan untuk kami puting susu ternak, dan turunkan kepada kami hujan dari berkah-berkah bumi. Ya Allah, hilangkan dari kami kesusahan dan lapar.
Keluarkan kami dari bencana di mana selain Engkau tidak ada yang sanggup mengeluarkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampunan kepada Engkau. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun, kirimkanlah dari langit hujan yang deras kepada kami”. (*/ran)