BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Seperti kebanyakan desa pada umumnya di Jawa Barat, penduduk desa di kabupaten Sumedang banyak memiliki kolam ikan di rumah. Namun umumnya baru dimanfaatkan dengan diisi ikan konsumsi. Seperti mujair dan ikan mas untuk kebutuhan sendiri atau sebagian dijual sebagai penghasilan tambahan.
Sumber daya air sungai dan irigasi di Kecamatan Conggeang. Khususnya Desa Cibubuan yang sangat memadai untuk mengairi sawah maupun kolam yang berasal dari lereng gunung berapi Tampomas kaya mineral. Mirip dengan kawasan pengembangan ikan koi di Jepang yang berada di bawah gunung berapi. Hal di atas menjadi salah satu dasar pertimbangan tim PKM Universitas Sangga Buana untuk mencoba budidaya ikan hias koi di sana dengan mengajukan proposal dana hibah DRTPM Kemdikbudristek.
Analisis situasi awal yang dilakukan oleh Tim hibah Universitas Sangga Buana pada kelompok masyarakat Desa Cibubuan, Kecamatan Conggeang, terungkap pengetahuan tentang ikan koi masih sangat minim. Hal ini terlihat saat tim membawakan beberapa sampel ikan Koi, mereka tidak bisa membedakan jenis ikan Koi, kisaran harga dan nilai ekonomisnya.
Setelah diberikan pemahaman tentang budidaya ikan Koi dan nilai ekonomisnya, maka dapat terungkap adanya keinginan untuk mengkonversi budidaya ikan konsumsi ke ikan hias koi pada kelompok masyarakat. Sehingga siap dibina untuk melakukan budidaya ikan koi.
“Alhamdulillah proposal kami mendapat pendanaan hibah dari DRTPM Kemdikbudristek. Sehingga dapat melaksanakan pengabdian pada tahun 2023 ini, yang diharapkan melalui budidaya ikan hias koi ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa yang mayoritas adalah petani, buruh tani, dan serabutan,” kata Ketua Tim Pengabdian, Heri Purwanto, Rabu (11/10/2023).
Eksportir Ikan Hias Dunia Masih Dikuasai Jepang
Dikutip dari trobosaqua.com pada tahun 2021 total nilai ekspor ikan hias dunia sebesar USD 399,60 juta. Adapun eksportir ikan hias dunia masih dikuasai oleh Jepang sebesar USD 55,08 juta yang menguasai 13,78 persen pangsa pasar dunia. Disusul Singapura sebesar USD 40,49 juta (10,13 persen) dan Indonesia berada pada posisi ke-5 dengan market share sebesar 8,65 persen.
“Disisi lain, sebagian besar dari penguasaan pasar Singapura, ikan hias koi nya disuplai oleh Indonesia Potensi Indonesia yang sangat besar ini dapat menjadi daya ungkit ekonomi yang positif bagi kesejahteraan masyarakat,” kata anggota tim Deden Rizal.
Pembukaan kegiatan PKM ini dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2023 di rumah salah satu warga. Pada sambutannya ketua LPPM Universitas Sangga Buana Dr. Nenny Hendajani mengharapkan potensi desa yang ada diantaranya perikanan, benar-benar dapat dioptimalkan. Sehingga bisa menjadi keunggulan desa. Untuk itu kegiatan PKM ini diharapkan tidak berhenti saat mendapat hibah saja, tetapi dapat berkelanjutan.
Pihak desa Cibubuan dalam hal ini diwakili oleh Kaur Ekonomi dan Pembangunan Ganjar Maulana S mengharapkan para petani yang menjadi mitra PKM dapat memanfaatkan kesempatan baik ini dengan sungguh-sungguh. Sehingga dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dengan baik.
Selanjutnya juga diharapkan tim PKM bisa membina terus terutama dalam hal pemasaran karena hal ini mungkin yang jadi kelemahan para mitra.
“Sedangkan tentang budidaya ikan mungkin tidak akan bermasalah karena tidak berbeda jauh dengan kebiasaan mereka memelihara ikan,” kata Ganjar.
Bisnis Ikan Koi Permintaan Pasarnya Tinggi
Pada kegiatan pembukaan ini pula disampaikan materi kewirausahaan oleh Dosen STABA Bandung Dede Purnama yang menjelaskan bisnis koi ini menarik karena permintaan pasarnya meski spesifik namun tinggi.
“Karena semakin banyak orang tertarik dengan keindahan dan bentuk ikan koi ini. Pembicara juga menekankan pada karateristik seorang wirausaha yang diantaranya adalah kreatif dan inovatif. Demikian juga nanti ketika ingin berwirausaha dengan ikan hias koi. Perlu kreatif dalam penjualannya, terutama dalam membuat konten yang menarik,” kata Dede.
Pelaksanaan PKM kedua materinya disampaikan anggota tim PKM dan pemilik dari konsultan koi “Koi Arkan” Edi Ardiansyah mengenai proses dan tahapan budidaya ikan koi yang didahului dengan penyiapan kolam.
“Persyaratan kolam yang ideal dilihat dari kedalaman kolam, suhu dan keasaman kolam. Kedalaman kolam minimal 80 cm, yang tentunya juga disesuaikan dengan besarnya ikan koi,” kata Edi.
Ia mengatakan kedalaman kolam koi yang ideal adalah 1 meter untuk koi berukuran kurang dari 30 cm. Sedangkan untuk koi berukuran antara 30-40 cm kedalaman kolam idealnya 1 meter sampai 1,5 meter dan untuk koi berukuran lebih dari 40 cm kedalaman kolam sebaiknya lebih dari 1,5 meter.
“PH yang ideal antara 6,5 – 8. Apabila PH semakin tinggi maka bahaya racun amonia akan semakin rentan terhadap koi. Sedangkan suhu ideal untuk tumbuhnya ikan koi berkisar 20-28 derajat Celcius. Hal ini terkait dengan masalah pencahayaan. Kolam koi sebaiknya mendapatkan sinar matahari yang cukup. Tidak terlalu panas, tapi tidak juga terlalu lembab dan tidak terkena cahaya matahari. Pencahayaan yang baik pada kolam koi memicu perkembangan maksimal dari koi peliharaan,” jelasnya.
Hasil Survei Lapangan untuk Memilih Kolam Ikan Koi
Hasil survei dilapangan untuk memilih kolam yang sesuai untuk pembesaran ikan koi, dilakukan pemeriksaan laboratorium dan diperoleh hasil untuk rata-rata suhu kolam adalah 24 derajat Celcius dengan PH rata-rata 7.3Mg/L. Hal ini menunjukkan kondisi kolam yang ideal untuk budidaya ikan koi.
Suhu kolam menjadi masalah pernah dialami tim pada kolam mitra yang memang terbuka. Dimana terjadi cukup banyak kematian ikan karena suhu udara pada kabupaten sumedang yang meningkat dari biasanya antara 28-30 derajat Celcius antara bulan Januari sampai dengan Juli, pada bulan September suhu mencapai 32 derajat Celcius.
Dalam kegiatan PKM ini juga melibatkan mahasiswa sehingga terjadi kolaborasi kinerja dosen dan mahasiswa untuk membagikan ilmu yang dapat langsung diterapkan ke masyarakat, sebagai implementasi MBKM. Dimana kegiatan PKM ini akan direkognisi kedalam sks mahasiswa sebanyak 5 sks, sesuai ketentuan Kemdikbud yang berlaku.
Pada kunjungan ke 3 dilakukan serah terima bantuan dari DRPM Kemendikbudristek melalui tim kebutuhan untuk budidaya ikan koi berupa bibit, pakan dan peralatan dan sekaligus pelepasan anakan koi dari hasil pemijahan indukan yang dipelihara selama 1,5 diperoleh anakan dengan ukuran 12-15 cm, untuk disebar pada 2 kolam mitra untuk proses pembesaran sebanyak kurang lebih 250 ekor.
Proses Pembesaran Anakan Ikan Koi
Pada pertemuan ketiga ini pula disampaikan materi berkaitan dengan proses pembesaran anakan (culling) yang disampaikan oleh Furqon Nurjaman yang merupakan pemilik dari Kagumi Koi di Sumedang. Pembicara menekankan beberapa hal diantaranya pastikan bahwa anakan ikan Koi yang akan dipelihara berasal dari pasangan induk yang berkualitas. Jika tidak mengetahui pasangan induknya. maka sama halnya dengan berspekulasi, dalam artian jika berasal dari pasangan Koi yang rendah kualitasnya, maka hasilnya juga akan mengecewakan.
Pada masa pertumbuhannya, anakan Koi membutuhkan pakan dengan kualitas yang baik agar dapat tumbuh maksimal. Gunakan pakan buatan (pelet koi) dengan kandungan protein yang tinggi, yaitu diatas 40 persen.
Kunjungan ke 4 dilakukan kegiatan berupa pemberian materi dan praktek berkenaan dengan pengendalian kualitas kolam dan pembesaran ikan yang disampaikan oleh Cucup Suryana yang juga merupakan pemilik dari Maruzone Koi, Sumedang
Desa Cibubuan Cocok untuk Budidaya Ikan Koi
Hasil kunjungan terakhir menunjukkan ikan koi yang dilepas awal sekitar 12-15 cm, telah bertumbuh bertambah panjang menjadi 5-10 cm dengan warna semakin bagus dalam waktu relative singkat yaitu 1,5 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa habitat kolam yang ada di Sumedang, khususnya desa Cibubuan, cocok untuk budidaya ikan koi. Panen akan dilakukan setelah ikan Koi mencapai 2,5 – 3 bulan di dalam kolam, dengan panjang sekitar 35 – 40 cm.
Sambil menanti panen, kegiatan PKM akan berlanjut dengan penyampaian materi dan praktek berkaitan dengan pemasaran dan penggunaan media social untuk pemasaran ikan hias koi serta penanganan ketika panen dan pasca panen, ungkap ketua PKM Heri Purwanto menutup pembicaraan. (fal)