BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Bayu Pangestu, atau yang akrab disapa Ubay, tidak sekadar seorang mahasiswa. Dalam setiap coretan lukisannya, Ubay menggambarkan lebih dari sekedar kreativitas.
Hobi melukis menjadi media bagi Ubay untuk menyuarakan perasaannya. “Melukis bagi saya adalah cara menyampaikan perasaan, dari senang, sedih, gembira, hingga kecewa,” katanya.
Namun, di balik kanvas dan cat warna, terdapat perjalanan hidup yang membangun pribadi tangguh.
“Motto hidup saya, ‘Menjadi terang dimana pun kamu berada, untuk hidup yang bermakna,’ adalah cerminan perjalanan saya,” ungkap Ubay.
Sejak kecil, Ubay sering berpindah tempat tinggal, sehingga ia terpaksa beradaptasi dengan lingkungan baru, teman-teman baru, dan budaya yang berbeda setiap kali berpindah.
Meskipun tumbuh dari keluarga broken home dan mengalami kurangnya kasih sayang, Ubay membuktikan bahwa kekuatan dan kemandirian dapat tumbuh dari situasi sulit. Anak desa dengan ekonomi rendah ini berhasil meraih pendidikan tinggi, menegaskan bahwa tidak ada batasan untuk meraih cita-cita.
Bagi Ubay, makna hidup terletak pada kemampuan untuk bermanfaat bagi orang lain. “Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Ketika kita bisa bermanfaat, Allah akan mempermudah segala urusan kita,” katanya.

Ubay mengaku bahwa ia bercita-cita menjadi seorang diplomat.
“Cita cita saya adalah menjadi seorang diplomat karena dengan menjadi diplomat saya bisa membangun hubungan bilateral dengan lain, mempromosikan kepentingann nasional, serta bisa ikut terjun dalam kegiatan sosial seperti ekonomi, perdamaian, hak asasi manusia dan lingkungan,” ungkapnya.
Di samping aktivitas akademisnya sebagai mahasiswa semester 3 di Fakultas Ilmu Hukum Universitas Islam Nusantara, Ubay aktif di beberapa lembaga dan organisasi, seperti Paguyuban Putra Putri Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Duta Genre Kota Bandung, dan menjadi Ketua Putra Putri Nusantara Universitas Islam Nusantara.
Sebagai relawan muda di organisasi peduli AIDS Jawa Barat Puzzle Indonesia, Ubay berkomitmen dalam upaya penanggulangan AIDS.
Prestasinya yang gemilang, dari Ketua OSIS SMP Negeri 2 Kertasari hingga meraih predikat Top 20 Indonesia Youth Icon 2020, menjadi bukti bahwa Ubay adalah pemimpin muda yang inspiratif.
Sosok yang diidolakannya, Ridwan Kamil, menjadi sumber inspirasinya.
“Sosok yang saya idolakan adalah bapak Ridwan Kamil karena dari segi kepemimpinan beliau banyak sekali nilai kehidupan yang patut kita contoh seperti menghormati orang tua, keep positive, focus dengan tujuan, Kepemimpinan di tengah dan memberikan contoh, dan memberikan peluang kepada pemuda di seluruh Indonesia untuk bisa belajar leadership langsung dari bapak ridwan kamil melalui program JFL,” tuturnya.
Makanan kesukaan Ubay, ciu (aci cau), mencerminkan kecintaannya pada kuliner khas Jawa Barat. Lebih dari sekadar kesukaan, ciu menjadi metafora proses hidup Ubay, di mana cita-cita dikejar dengan penuh semangat dan kesabaran.
“Dari proses pembuatan ciu mulai dari memotong pisang sampai pengukusan itu bisa di ibaratkan adalah sebuah proses yang kita tuju. Ketika kita mempunyai cita – cita kita akan menghadapi tangtangan dan waktu yang harus kita nikmati dalam proses menuju cita – cita yang akan kita gapai,” ulasnya.
Pesan Ubay untuk teman-teman sebaya, “Allah tidak akan memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya.”
Ubay mendorong agar tidak pernah menyerah pada keadaan, terutama bagi mereka yang mungkin terlahir dari keluarga broken home atau kurang kasih sayang.
“Buktikan pada dunia bahwa kita bisa melangkah untuk lebih maju. Terima kasih sudah bisa bertahan sampai titik kamu hebat dan kamu kuat,” tutupnya. (tiwi)









