JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM – Demam yang menandakan demam berdarah dengue (DBD) seringkali dianggap sebagai demam biasa. Sehingga pasien terlambat untuk di bawa ke rumah sakit. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, Ph.D.
“Yang tadinya dianggap sebagai demam biasa, sebenarnya kasus demam berdarah,” kata Dante dalam video sambutan saat acara “Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue/DBD” yang dilansir Pasjabar dari ANTARA pada Jumat (19/1/2024).
Angka kematian akibat demam berdarah mencapai 1-50 hingga 50-122. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian akibat DBD adalah pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan mencatat situasi dengue di Indonesia menunjukkan angka kasus mencapai 98.071 pada tahun 2023, dengan 764 angka kematian. Sementara pada tahun 2022 yakni 143.176 kasus dengan angka kematian mencapai 1.236.
Pemerintah, kata Dante, telah melakukan berbagai upaya pengendalian dengue, mulai dari larvasida sekitar tahun 1980-an, fogging (pengasapan) mulai tahun 1990-an, kemudian program Jumantik tahun 2000-an.
“Mudah-mudahan kita mendapatkan berbagai upaya lagi yang lebih advance (maju) dan lebih baik serta lebih dini dalam upaya untuk mengatasi demam berdarah dengue pada masa yang akan datang,” kata dia.
Dokter dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, Ph.D, mengatakan demam pada DBD bisa berlangsung beberapa hari lalu membaik sehingga seringkali dianggap sembuh oleh pasien. Kondisi itu bisa menyebabkan keterlambatan penanganan lalu berkontribusi pada kasus yang berat.
“Yang kita perlu curiga, satu demamnya mendadak, jadi pagi-pagi masih olahraga tiba-tiba sore langsung demam tinggi. Kemudian ada sakit kepala luar biasa, lalu saat diperiksa ada pembesaran hati,” kata Erni.
Anak-anak dinilai rentan terkena DBD. Angka kematian akibat DBD lebih banyak pada kelompok usia 5-16 tahun.
Pada orang dewasa, kasus DBD bisa menjadi berat akibat penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes. (ran)