BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Bunda Bedas Emma Dety Dadang Supriatna hadir di tengah-tengah masyarakat dalam kegiatan skrining kesehatan dan deteksi dini kanker serviks dalam rangka memperingati Hari Kanker Sedunia di Aula Desa Kutawaringin Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung pada Senin (5/2/2024).
“Hari ini di Kabupaten Bandung, yang dilaksanakan di Aula Desa Kutawaringin melaksanakan Hari Kanker Sedunia. Yang sebetulnya Hari Kanker Sedunia itu dilaksanakan setiap tanggal 4 Februari karena kebetulan tanggal itu hari Minggu. Sehingga baru dilaksanakan hari Senin 5 Februari,” kata Ketua TP PKK Kabupaten Bandung Emma Dety dalam keterangannya.
Emma Dety mengungkapkan pada Hari Kanker Serviks itu turut dilaksanakan pula sosialisasi atau pengenalan kepada masyarakat, apa itu kanker serviks.
“Harapannya itu masyarakat bisa dilakukan tes atau skrining secara dini. Ayo jangan takut untuk masyarakat untuk dilakukan pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Jangan sampai sakitnya berkelanjutan,” kata Emma Dety.
Emma Dety mengatakan kanker serviks adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di leher rahim dan membentuk tumor ganas.
“Infeksi virus HPV (human papillomavirus) merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks,” katanya.
Gejala Kanker Serviks
Ia mengatakan kanker serviks secara umum menyerang wanita berusia 30-39 tahun. Gejala terjadinya kanker serviks adalah pendarahan pasca berhubungan suami istri, keputihan berbau, vagina mengeluarkan darah secara terus-menerus tanpa berhenti, nyeri pada kemaluan dilaporkan sebagai gejala awal terjadinya kanker serviks.
“Faktor resiko terjadi kanker antara lain infeksi papilloma virus (HPV) dengan onkogen E6 dan E7 serta faktor lainnya. Seperti paparan zat mutagen adalah faktor hormonal, merokok, berganti-ganti pasangan seksual, kontrasepsi, infeksi human papilloma virus, diet, riwayat dan terapi obat-obatan,” jelasnya.
Penyebab Kanker Serviks
Disebutkan Emma Dety, tingginya kejadian kanker serviks disebabkan kurangnya pencegahan pada wanita usia subur dan kurangnya minat deteksi dini.
“Karena deteksi dini kanker serviks masih tabu di masyarakat. Akibatnya, kanker serviks baru terdeteksi pada stadium lanjut, karena ini sering disebut silent killer,” ungkapnya.
Ia mengatakan kanker serviks menempati peringkat terbanyak kedua dalam kasus pada wanita. “Yang mana ada dua pilar pencegahan kanker serviks, yaitu pencegahan secara primer dengan adanya imunisasi vaksin HPV dan juga dengan pencegahan sekunder dengan deteksi dini kanker serviks,” tuturnya.
Kata Emma Dety, banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 75 persen kasus yang datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut.
“Penyebab utama diduga adanya infeksi oleh HPV serta keterlambatan diagnosa pada stadium lanjut. Status ekonomi yang rendah dan keterbatasan sumber daya alam,” katanya.
Pada saat yang sama, imbuh dia, kanker serviks mulai menurun di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kesadaran dalam melakukan deteksi dini seperti pap smear. Sehingga jika mengetahui adanya kanker bisa menentukan pilihan pengobatan yang tepat sehingga bisa mengurangi angka kematian.
“Strategi penanggulangan kanker dilaksanakan dengan pendekatan 4 pilar yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan spesifik dan tatalaksana sesuai standar,” katanya.
Emma Dety mengatakan hampir 30-50 persen kanker dapat dicegah dengan menghindari faktor resiko dan menjalankan perilaku hidup cerdik. Artinya, melaksanakan cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup dan kelola stres.
Ia mengatakan Hari Kanker Sedunia mengusung tema “close the care gap” yang artinya tutup kesenjangan perawatan. Tema ini sebagai pemberitahuan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk membuat perubahan dan bersama-sama dapat membuat kemajuan nyata dalam mengurangi dampak kanker secara global.
“Kita semua dapat lebih waspada dalam mencegah kanker serviks dan lebih menjaga pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,” harapnya. (fal)