BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Bukan hal yang mudah meniti puncak pendidikan tinggi di usia muda, namun pemuda bernama lengkap Mohammad Refi Omar Ar Razy yang akrab disapa Razy berkomitmen untuk meraih pencapaian terbaiknya di bidang tersebut.
Lahir di Bandung, 19 Desember 1998, Razy menyelesaikan S1 nya di jurusan Pendidikan Sejarah di Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2021, kemudian Magister Ilmu Sejarah di Universitas Padjadjaran tahun 2023 dan kini menempuh program Doktor Sastra Konsentrasi Ilmu Sejarah di Universitas Padjadjaran.
Ditanya motivasinya mengejar pendidikan setinggi mungkin, Razy mengisahkan bahwa ada beberapa faktor yang mendorongnya. Pertama, di keluarga besarnya, hanya ada seorang yang menempuh pendidikan hingga sarjana, yaitu pamannya.
“Papah dan Mamah saya sekalipun tidak dapat menyelesaikan pendidikan sarjana mereka. Oleh karena itu, dengan motivasi membayar ketidakberhasilan papah dan mamah, saya harus sekolah setinggi-tingginya. Semoga apa yang saya lakukan dapat mengangkat martabat keluarga saya,” ungkapnya.
Kedua, sambung Razy, ia senang belajar dan menuntut ilmu, “sejujurnya sampai saat ini saya masih belum tahu apa-apa dan masih harus belajar dengan ekstra,” ucapnya.
Ketiga, terang Razy, bahwa dalam pencarian ilmu pengetahuan, sosok yang ia teliti, Hoesein Djajadiningrat yang juga menjadi Doktor bumiputera pertama pada 1913 di Universitas Leiden pada usia 27 tahun. Sehingga ia termotivasi untuk menjadi Doktor sebelum atau menyamai pencapaiannya.
“Ketiga faktor itulah yang mungkin menjadi pendorong utama saat ini mengapa saya menjadi doktor di usia muda,” imbuhnya.
Saat ini, Razy juga memiliki mimpi untuk menjadi seorang dosen dan peneliti yang mumpuni.
“Tujuannya untuk melakukan beragam temuan dan pembaharuan dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya sejarah. Lebih lanjut, kontribusi dan pembaharuan tersebut agar bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan Doktor yang sedang saya tempuh adalah langkah yang paling tepat untuk mencapai tujuan hidup saya,” paparnya kepada PASJABAR, Senin (13/5/2024).
Razy juga bercerita bahwa ia memilih bidang sejarah karena saat ini ilmu sejarah kurang diminati oleh orang-orang seusianya. Oleh karena itu, ia ingin mengisi ruang-ruang kosong tersebut.
“Selain itu, dalam mempelajari sejarah, sebenarnya kita tidak pernah benar-benar menyentuh masa lalu, yang kita sentuh hanyalah sumber-sumber sejarah berupa tutur lisan atau teks tertulis,” terangnya.
Maka dari itu, terang Razy, masih banyak kajian sejarah yang memberikan ruang dan kesempatan untuk dikaji.
“Ruang dan kesempatan inilah yang menjadi perhatian saya. Terlebih menjadi seorang sejarawan adalah memulihkan, betatapun menyakitkannya ingatan yang dipulihkan,” tandasnya.
Razy menambahkan bahwa pendidikan adalah investasi yang paling menjanjikan. Kita belajar dan kita dilatih sesuai dengan yang kita mau. Ia pun percaya bahwa ilmu akan menjaga siapapun yang mencarinya.
Melalui pendidikan pula kita akan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan masyarakat. Oleh karena itu, ia melihat bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk masa depan individu dan masyarakat
“Pendidikan membawa sebuah kesadaran. Proses kesadaran ini yang akan mengantarkan pada perkembangan diri. Kesadaran ini menjadikan diri mengerti di mana posisi dia saat ini dalam lingkup lingkungan sekitar,” terangnya.
Melalui ilmu pengetahuan, sambung Razy, kita akan mengerti bahwa apa yang kita dapat hanyalah sedikit saja dari lautan ilmu yang dimiliki oleh Tuhan. Kesadaran-kesadaran inilah yang akan membawa kemajuan visi dalam konteks perkembangan diri dan kontribusi dalam masyarakat.
“Pendidikan adalah media bagi mobilitas sosial. Keterbukaan ilmu pengetahuan ini lah yang akan membawa kesempatan dalam beragam ruang bagi siapapun yang memiliki kualitas dan keahlian. Kualitas dan keahlian inilah yang akan menciptakan kesetaraan dan kesempatan bagi semua individu,” jelasnya.
Terkait kontribusi positif kepada masyarakat yang akan ia berikan, Razy mengungkapkan bahwa ia sangat menghargai perannya sebagai sejarawan dan ia akan mencoba untuk menemukan atau memperbaharui hal-hal yang telah ada sebelumnya.
“Salah satu media nya melalui penulisan buku atau artikel sejarah yang dapat dipiublikasikan. Publikasi dari buku tersebut diharapkan mampu memberikan manfaat berupa pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarakat secara luas,” jelasnya.
Dengan semangat dan komitmen yang tinggi, Mohammad Refi Omar Ar Razy terus menjunjung tinggi nilai pendidikan, dedikasinya dalam menggapai mimpi dapat ditiru oleh generasi muda masa kini. (tiwi)