Oleh: Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si (Ketua Bidang Agama Paguyuban Pasundan)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Allah SWT menciptakan manusia bukan sekedar untuk menghuni bumi, tetapi memakmurkannya sehingga bumi menjadi tempat untuk beraktualisasai dalam segala segi kehidupan umat manusia.
Manusia ditakdirkan Allah sebagai makhluk sosial, yaitu hidup di tengah manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi dan bersosialisasi dengan manusia lainnya untuk kemudian mewujudkan sosok makhluk sosial yang takwa.
Umat Islam, yang merupakan komunitas manusia beragama Islam, tidak hanya dipandang sebagai kerumunan manusia yang memiliki identitas yang sama, tetapi juga memiliki kesamaan niat, tekad, dan harapan yang memberikan satu identitas masyarakat tertentu.
Konsep umat dalam ajaran Islam memiliki identitas jelas yang disebut Al-Quran sebagai ummatan wahidatan (umat yang satu). Yang dimaksud dengan umat yang satu adalah umat yang memiliki kesatuan harapan dan cita-cita yangd jelas dan saling berhubungan secara erat antara satu anggota dan anggota masyarakat lainnya. Rasul menggambarkan hubungan antara anggota dalam masyarakat Islam ini sebagaimana hubungan anggota badan dengan seluruh tubuh.
Sabda Rasulullah SAW:
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, seluruh tubuh merasakan demamnya.” (H.R. Tirmidzi)
Tubuh merupakan kesatuan organik yang merupakan paduan dari proses yang saling berkaitan dan berpengaruh antara satu organ dan organ lainnya. Ia merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponene yang berproses dan satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Demikian pula umat Islam, pada dasarnya merupakan suatu sistem masyarakat komponen-komponen di dalamnya saling berhubungan secara unik. Hubungan-hubungan itu tercipta karena adanya kesamaan motivasi dan identitas yang mengikat di antara mereka, yaitu tauhid. Akidah menjadi daya rekat yang hebat yang menyatukan umat Islam di seluruh dunia.
Sistem dalanm masyarakat Islam berproses secara sistematika dengan tata aturan yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam. Keluarga sebagai basis masyarakat merupakan titik awal pembentukan masyarakat. Hubungan antar anggota keluarga ditata dalam hubungan yang sistematik dan teratur. Oleh karena itu, hubungan darah, perwalian, dan pernikahan dijelaskan secara terinci dan detail. Hubungan-hubungan yang terjadi di dalam keluarga muslim diatur dalam tatanan saling memberi perhatian atas dasar kasih sayang (mawaddah warahmah), sehingga tercipta suasana yang harmonis, tenang, damai, dan sejahtera (keluarga sakinah).
Kesatuan umat digambarkan dalam kesatuan sebuah keluarga besaar yang diikat oleh kesamaan keyakinan (tauhi), kesamaan gerak, dan perilaku (syariah, serta kesamaan perilaku dan harapan (akhlak). Konsep keutamaan yang diikat oleh adanya persamaan, tidak berarti meniadakan perbedaan-perbedaan karena perbedaan merupakan fitrah atau naluri manusia yang dibawa semenjak lahir. (han)