BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dalam menuntaskan stunting, Pemerintah terus berupaya untuk menekan angka stunting khusus di Kota Bandung. Kota Bandung menghadirkan 5 pilar strategis penurunan stunting diantaranya, peningkatan komitmen dan visi.
Dengan memulai peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayan masyarakat. Peningkatan ketahanan pangan dan gizi keluarga. Penguatan dan pengembangan sistem informasi riset dan informasi dan pemantauan dan evaluasi.
Pemerintah kota Bandung mengklaim, setiap tahunnya, terjadi penurunan stunting di Kota Bandung. Tahun 2022 tercatat 19,4 persen (6.614 bayi). Tahun 2023, 16,3 persen (6.142 bayi), dan tahun 2024 ditargetkan 14,0 persen.
Menyikapi tersebut, Ketua Tim Peneliti Universitas Pasundan, Idi Subandy Ibrahim melakukan riset pengembangan model representasi berita media yang peka budaya dalam pencegahan stunting
Ia pun menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Liputan Berita tentang Permasalahan Stunting dalam Perspektif Wartawan Lokal Jawa Barat yang melibatkan sejumlah wartawan media cetak, elektronik, dan online di PWI Jabar, Kota Bandung.
Dikatakannnya, peran media massa dan keterbukaan informasi, tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu kunci dalam menekan prevalensi stunting.
Selain itu, juga dibutuhkan informasi secara massif yang solutif, serta keberanian bersama dalam keterbukaan informasi, baik dari pemerintah maupun masyarakat, yang diyakini mampu mengurai masalah stunting.
Idi melihat jika masalah stunting dibiarkan maka ke depan anggaran yang dikeluarkan akan semakin banyak. Sehingga perlu informasi soal stunting melalui pemberitaan.
Dengan lebih sering memberitakan dan peduli stunting, pemahaman akan stunting kian tersebar dan lebih banyak yang sadar untuk ikut mencegah generasi yang terkena stunting.
“Masyarakat dan pemerintah harus lebih terbuka, supaya mendapatkan berita yang bersifat menyelesaikan masalah. Solutif. Saya melihat wartawan harus mengembangkan jurnalisme solusi. Jadi berita dibuat harus memberikan tawaran solusi terhadap persoalan,” katanya.
Sehingga, perlu peran wartawan agar permasalahan stunting dipahami sebagai sebagai isu penting yang harus dipahami semua pihak.
“Wartawan bisa berkontribusi langsung agar permasalahan stunting jadi lebih terbuka, agar pihak-pihak yang berkepentingan dan agar wartawan tetap menjadi pengawal setiap kebijakan pemerintah. Sehingga kebijakan itu bisa benar-benar terealisasi, juga agar terjadi perubahan untuk mencapai target,” paparnya.
Dari diskusi bersama sejumlah wartawan, Idi melihat belum ada persamaan persepsi bahwa wartawan pun juga perlu diedukasi dalam permasalahan stunting. Harus ada peningkatan kapasitas wartawan untuk melihat stunting sebagai isu penting
“Agar juga ada peningkatan peran media terhadap isu stunting. Jadi media ikut berperan langsung dalam upaya penanganan stunting,” imbuhnya. (Arf)