BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Penjabat atau Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin, mengungkapkan bahwa 13 kabupaten/kota di Jawa Barat saat ini tengah memberlakukan status tanggap darurat dan siaga darurat akibat kekeringan.
Bey menjelaskan hal ini setelah menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) di Gedung Sate, Bandung, pada hari Senin (2/9/2024).
Dilansir dari Antara, ia merinci bahwa satu kabupaten, yakni Kabupaten Bekasi, telah menetapkan status tanggap darurat kekeringan, sementara 12 kabupaten/kota lainnya berada dalam status siaga darurat.
Ke-12 kabupaten/kota yang menerapkan siaga darurat tersebut adalah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kota Bekasi, Kabupaten Kuningan, Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kota Depok, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Ciamis, dan Kabupaten Garut.
Selain itu, Provinsi Jawa Barat juga menetapkan status siaga darurat, menjadikan total ada 14 wilayah di Jawa Barat yang siaga darurat.
“Provinsi juga siaga darurat, jadi ada 14 dengan provinsi. Kenapa provinsi siaga darurat, itu untuk mengingatkan bahwa sekarang sedang memasuki musim kemarau,” ujar Bey.
Bey menjelaskan bahwa penetapan status tanggap darurat tersebut memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih leluasa dalam menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui pos anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) untuk penanganan bencana.
“Jadi lebih mudah untuk menggunakan APBD. Kabupaten/kota sudah punya BTT, provinsi juga sudah punya, namun anggaran provinsi (Rp124 miliar) belum digunakan tapi sudah disediakan. BTT itu untuk semua kepentingan, termasuk kekeringan,” katanya.
Sebagai langkah mitigasi dan penanggulangan, Pemprov Jabar bekerja sama dengan perusahaan air minum untuk menyalurkan air bersih kepada warga di delapan kabupaten/kota yang terdampak kekeringan, dengan total distribusi sekitar 954 ribu liter air bersih.
“Jadi di delapan kabupaten/kota itu ada kecamatan atau desa yang tidak ada air bersih. Kita sudah kirimkan 954 ribu liter air bersih,” ucapnya.
Dalam Rapim tersebut, Bey juga membahas masalah kebakaran lahan yang terjadi di 17 kabupaten/kota.
Meskipun demikian, ia menyebut bahwa jumlah lahan yang terbakar lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencakup sekitar 86,65 hektar.
“Jumlahnya lebih rendah dari tahun lalu yakni mencakup 86,65 hektar lahan di 17 kota/kabupaten,” ujarnya.
Selain itu, Bey menambahkan bahwa Rapim juga membahas dampak kekeringan terhadap sektor pertanian di Jawa Barat pada semester kedua tahun 2024.
Ia meminta agar data di lapangan terkait petani diperbarui dan dimanfaatkan dengan optimal.
“Juga dibahas masalah pertanian, kami minta data di lapangan dimanfaatkan betul, karena data petani itu dari BPS, tapi data di lapangan kami minta Pak Kadis untuk di-update juga bagaimana,” tuturnya. (han)