BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Siswa SDN Astanaanyar 249 bersama warga melukis mural tentang Palestina di tembok di kawasan permukiman warga di Liogenteng, Kec. Astanaanyar, Kota Bandung, Senin (7/10/2024).
Masyarakat Kelurahan Liogenteng bersama siswa SD Negeri 249 Astanaanyar dan beberapa seniman di Bandung melakukan pelukisan mural bertema Palestina sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina yang menghadapi genosida dan agresi militer dari Israel.
Pembuatan mural ini dilakukan di Kelurahan Liogenteng, Kecamatan Astanaanyar, Bandung, pada Senin (7/10/2024), bertepatan dengan satu tahunnya agresi militer Israel ke Palestina yang terjadi pada 7 Oktober 2023 silam.
Selain pembuatan mural, sejumlah pertunjukan seni seperti angklung, pantomim, dan tari tradisional juga ditampilkan pada kegiatan ini. Mural yang dilukis bertemakan pesan-pesan kecaman terhadap genosida yang terjadi, dan dukungan untuk kebebasan Palestina.
“Free-free Palestine!”Menggema di Lio Genteng
“Free-free Palestine!” terus menggema di aula Kampung Lio Genteng, RW 5, Kelurahan Nyengseret, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Senin, 7 Oktober 2024. Teriakan tersebut dilakukan oleh anak-anak kampung Lio Genteng di tengah pelaksanaan menggambar mural di tembok warga dan SDN 249 Astana Anyar.
Acara solidaritas ini dimulai pukul 13.00 WIB. Tembok sepanjang kurang lebih 10 meteran menjadi media untuk menyuarakan isu kemanusiaan di Palestina dan Lebanon. Mereka bersolidaritas lewat karya. Sejumlah artis mural, masyarakat, hingga anak-anak ikut berkontribusi untuk menggambar bermediakan tembok yang sudah kumuh.
Tembok itu bercorak bendera Palestina, freedom Palestine, buah semangka, hingga gambar seorang anak yang menjadi representasi rakyat Palestina. Mural tersebut menjadi sikap bahwa masyarakat Astana Anyar mendukung penuh kemerdekaan rakyat Palestina.
Pukul 16.00 WIB, anak-anak yang baru bubaran SD ikut bergabung. Masih menggendong tas, mereka antusias menggambar dan melukis. Ada yang mengarsir, membuat tulisan, hingga melumuri tangannya menggunakan cat lalu ditempelkan ke tembok.
Koordinator One Six Sauyunan Sandi Syarif (32 tahun) mengungkapkan, awal mula tercetusnya kegiatan mural ini ialah ajakan dari Wanggi Hoed, aktivis dan seniman pantomim. Wanggi mengajak masyarakat Kampung Lio Genteng untuk berpartisipasi memperingati satu tahun genosida yang terjadi di Palestina.
Pertunjukan di Lio Genteng
Dalam acara yang dimulai sejak Sabtu, 5 Oktober itu menampilkan berbagai pertunjukan. Seperti, pembacaan puisi, tarian daerah, angklung anak-anak, pantomim anak-anak, dongeng, hingga pembuatan kolase dan esai bertemakan kemanusiaan untuk Palestina.
Bak gayung bersambut, Sandi menerima ajakan Wanggi. Sebab menurut Sandi banyak warga yang prihatin terhadap rakyat Palestina, namun tidak dapat berbuat banyak. Kegiatan ini menjadi kesempatan untuk para warga ikut bersolidaritas kepada rakyat Palestina dan Lebanon.
“Biar masyarakat juga tahulah dan enggak diam melihat peristiwa yang sedang terjadi di Palestina dan Lebanon,” ujar Sandi, setelah dia menjadi pembawa acara hiburan kesenian. Tidak hanya ngemural, kegiatan ini juga melibatkan berbagai musisi seperti Panji Sakti dan masyarakat terutama anak-anak untuk unjuk bakatnya dalam acara kesenian juga.
Sandi menyebut sejumlah warga berkontribusi memberikan makanan, kopi, hingga liwet juga. Makan lewet bersama, menjadi pembuka acara Bandung Protest Art Solidarity di hari terakhir.
Menurut Sandi pendekatan dengan bermusik dan menggambar dapat lebih mudah diterima masyarakat. Sandi mengatakan, jika kegiatan bernuansa orasi, akan sulit diterima masyarakat awam. “Yang penting kan ketika kita menggambar Palestina, ketika kita bilang free-free Palestine mereka ngerti bahwa aksi kita untuk Palestina, gitu,” lanjutnya.
Di sisi lain, koordinator Bandung Protest Art Solidarity, Wanggi Hoed (34 tahun) menjelaskan, menyuarakan isu kemanusiaan ini bisa lewat berbagai cara. Ruang-ruang pemukiman warga salah satunya. “Di sana kita membuat aktivitas untuk membawa kesadaran warga,” jelas Wanggi.
Berdiri Bersama Sampai Merdeka
Seorang perempuan tengah mengabadikan momen kegiatan mural dengan gawainya. Dia adala Laella Siti Nur Hasanah (23 tahun). Laella terharu, sebab kegiatan ini dapat membuka mata masyarakat dan juga anak-anak untuk peka terhadap isu kemanusiaan.
Laella menyadari, masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Astana Anyar tidak bisa berbuat banyak untuk membantu rakyat Palestina dan Lebanon. Dengan adanya kegiatan ini, Laella mengungkapkan bahwa mereka akan terus mengawal Palestina hingga merdeka.
“Saya tahu, rakyat palestina sekarang tuh masih terus berjuang,” ungkapnya Laella. “Dan mudah-mudahan masyarakat juga sudah peka terhadap genosida ini dan terus mendukung mereka,” lanjutnya.
Wanggi pun menimpali, aktivasi ruang untuk membawa isu kemanusiaan ini bakal terus dilakukannya hingga Palestina merdeka. Bahkan, eskalasi genosida yang dilakukan Israel terus melebar hingga daratan Lebanon.
Dalam oretan muralnya, sama sekali tidak memperlihatkan kekerasan. Bahkan hal-hal indahlah yang digambarkan. Wanggi menjelaskan alasan di balik penggambaran itu semua. Filosofisnya, gambar tersebut dapat menjelaskan keteguhan rakyat Palestina untuk mempertahankan tanahnya.
“Itu yang paling pentingnya, mempertahankan tanah air dan membela antarmanusia untuk saling membela,” ujar aktor mime itu. Ia juga berharap, warga untuk terus menyuarakan isu kemanusiaan ini.
Hal senada disampaikan Sandi, bahwa tujuan dari pembuatan mural ini agar masyarakat ikut memotret menggunakan gawainya dan menyebarkan ke platform media sosial. Hal ini dianggap sangat efektif dan efisien untuk menyebarkan isu kemanusiaan lewat media sosial.
“Karena yang enggak kita sadari sudah bener-bener menyebarkan perlawanan dan sikap untuk Palestina,” tuturnya.
Tidak Hanya Warga Lokal
Seorang backpacker asal Melbourne, Australia, Dana (48 tahun) juga mengikuti acara menggambar mural di Lio Genteng. Ia menggambar seorang laki-laki dan perempuan berkerudung keffiyeh scarf – sebuah kain yang sering digunakan bangsa Arab Palestina – dan tangan yang menyimbolkan anak Palestina. Mural itu begitu mencolok. Gambar sederhana itu merepresentasikan perjuangan rakyat Palestina.
Dana, sudah tiga bulan berkeliling Indonesia. Sejak minggu lalu, dia berkunjung ke Bandung untuk ikut aksi Bandung Protest Art Solidarity, sebuah aksi solidaritas para seniman dan masyarakat untuk berdiri bersama rakyat Palestina. Acara yang digelar tiga hari itu dari 5-7 Oktober menjadi pengingat satu tahun genosida yang dialami rakyat Palestina sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Dana mengungkapkan alasan dia aktif menyuarakan isu Palestina karena berbagai negara tidak bisa menghentikan kegilaan yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina dan Lebanon. Turun ke jalan merupakan sikapnya untuk mendesak penghentian genosida dan kemerdekaan bagi rakyat Palestina.
“Israel itu sudah gila melakukan penangkapan dan pembunuhan, tapi kenapa banyak negara tidak biasa menghentikan tindakan Israel dan membantu rakyat Palestina,” ujar Dana, kepada BandungBergerak setelah menggambar buah semangka yang menjadi simbol Rakyat Palestina.
Dana mengaku lebih dari 20 tahun menyuarakan kebebasan Palestina. Sudah puluhan kali ia ikut aksi solidaritas untuk Palestina di negaranya. Aksi Bandung Protest menjadi pengalaman baru bagi Dana setelah dia berkeliling Indonesia.
Dana bercerita, rumah tinggalnya yang jauh dari pusat kota Melbourne tidak menjadi alasan untuk turun ke jalan. Jarak dari rumahnya ke pusat kota Melbourne ditempuh menggunakan mobil selama dua jam. Sempat beberapa kali dia absen turun ke jalan. Tapi dia tidak kehilangan cara untuk terus mendukung rakyat Palestina.
Dana memanfaatkan baju di rumahnya untuk dijual. Nantinya uang tersebut disumbangkan lewat yayasan donasi yang langsung akan mengirimkan ke Palestina. Sudah 7 juta rupiah dia mengirim uang donasi hasil penjualan bajunya.
Kondisi Anak-anak Palestina
Setiap kali Dana melihat kabar kondisi Palestina saat ini, dia kadang tak kuasa menahan rasa tangisnya. Menurutnya Israel sudah kelewat batas. Anak-anak dan perempuan tak berdosa jadi korban. Dan itu terus dilakukan hingga sekarang.
“My hope is liberation, rakyat palestina punya rumah, makanan yang layak, trauma healing. Karena ini merupakan big trauma untuk anak-anak dan semua orang,” harap Dana.
Melansir dari AFP, Minggu 1 September 2024, data kematian rakyat Palestina selama satu tahun mencapai 40.789 jiwa. Sedangkan di Lebanon data terakhir yang dihimpun menunjukkan 1.640an orang tewas sejak Israel menyerang bulan September lalu.