BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Doktor Ilmu Sosial Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas) menggelar sidang terbuka disertasi Endah Marlovia, tentang Strategic Benchmarking Inovasi Kebijakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kota Bandung dengan Seoul Korea Selatan.
Sidang disertasi Endah Marlovia, dilaksanakan di Gedung Pascasarjana Unpas, Jalan Sumatera 41 Bandung, Kamis (10/10/2024).

Sidang disertasi Endah Marlovia dipimpin oleh Rektor Unpas Prof.Dr.H.Azhar Affandi,S.E.M.Sc, dengan Pomotor Prof.Dr.H.Soleh Suryadi,M.Si dan Co Promotor Prof.Dr.H.Thomas Bustomi, M.Si
Dengan penguji Prof.Dr.H Bambang Heru P.M.S, Prof.Dr.H.M Didi Turmudzi M.Si, Prof.Dr. Kamal Alamsyah,M.Si,Prof Dr. Lia Muliawaty,M.Si.
Dalam peneliatiannya Edah ingin agar bisa mengimplemantasikan inovasi kebijakan untuk UMKM, “Itu tidak hanya UMKM naik kelas tapi bisa go global,” jelas Endah.
Endah menyebutkan penelitiannya bertujuan untuk melihat kondisi dan potensi dari usaha mikro, kecil, dan menengah di Bandung, Indonesia dan Sooul, Korea Selatan.
Penelitan ini dilaksanakan pada usaha mikro, kecil, dan menengah, “Karena mereka memberikan kontribusi besar pada pertumbuhan ekonomi daerah dan negara.” paparnya.
Oleh karena itu menurut Endah, usaha mikro, kecil, dan menengah, dulu sebagai tulang punggung ekonomi atau penopang perekonomian. Menjadi pondasi untuk memperkokah kekuatan ekonomi lokal.
Melalui karakteristik dan keistimewaan yang muncul dan produk dalam negeri.
Usaha mikro, kecil, dan menengah di Kota Bandung memiliki tiga sektor unggulan yaitu fesyen, kuliner, dan craft.
“Sedangkan usaha mukro kecil dan menengah di Seoul terkenal melalur sektor usaha fesyen, beauty, dan kuliner.” Tuturnya.
Seoul kemudian melakukan transformasi ekonomi melalui inovasi kebijakan untuk menumbuhkan perekonomian secara cepat, sehingga mampu menciptakan peluang.
Dijelaskan Endah, penelitiannya menggunakan metode komparatif dengan pendekatan kualitatif, dan menggunakan langkah-langkah benchmarking.
“Benchmarking industry dilaksanakan dengan membandingan usaha mikro, kecil, dan menengah yang mempunyai ciri-ciri teknologi dan pasar yang sama,” tuturnya.
Kekurangan Kebijakan
“Temuan yang didapatkan dalam penelitian ini di antaranya, pertama pelaksanaan inovasi kebijakan di Kota Bandung memiliki permasalahan seperti kurangnya konsistensi.” Papar Endah
Selain itu, kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kedua, rendahnya komitmen pemerintah daerah yang diperparah dengan pergantian pemimpin menyebabkan berubahnya kebijakan dari pusat ke daerah.
Ketiga, minimnya jumlah dan kualitas tenaga kerja pendampingan pelaku usaha.
Keempat, bantuan hibah atau dana tidak tepat sasaran, masih ada pelaku usaha yang berbuat curang untuk mendapatkan keuntungan walaupun tidak memiliki usaha.
Kelima, tidak ada permodalan langsung yang diberikan dan tidak ada fasilitas untuk mengakses pembiayaan bagi pelaku usaha.
Keenam, kurang masifnya sosialisasi yang dilakukan terhadap program-program yang disediakan oleh pemerintah.
Ketujuh, terjadi diskresi aturan yang memiliki kriteria sangat tinggi, yang tidak sesuai dengan potensi dari usaha mikro. kecil, dan menengah.
Kedelapan, benturan kebijakan dalam melakukan promosi pemasaran.
Terakhir, adanya kesulitan dalam transfer of knowledge kepada para pelaku usaha tentang pemanfaatan teknologi di tengah perkembangan zaman yang dinamis.
“Implikasi dari penelitian ini adalah menjadikan Seoul sebagai role model, dalam menghasilkan adopsi keunggulan inovasi kebijakan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah yang ada di Kota Bandung,” jelasnya.
Sebaga kesimpulan, inovasi kebijakan Kota Bandung belum optimal dilihat dari tujuh dimensi yang diproposisikan oleh Jean Eric Aubert yaitu strategi teknologi, institusi,
kerangka hukum, fokus kebijakan, agen perubahan, pendekatan reformasi, dan karakterisuk budaya serta perilaku.
Sehingga diperlukan strategic benchmarking inovasi kebuyakan dengan Seoul.
Selain itu, novelty penelitian ini termanifestasi dalam konsep perubahan movasi kebudayakan usaha mikro, kecil, dan menengah seperti government design, strategic agility, digital economy, dan global corporation.
Dengan mengaplikasikan kebaruan penelitian ini, diharapkan usaha mikro, kecil, dan menengah mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Cumlaude
Dari hasil sidang disertasinya, Endah dinyatakan lulus dengan IPK sebelum sidang 3,8, IPK sidang terbuka 3,87.
Berdasarkan hasil sidang Endah dinyatakan lulus dengan IPK akhir 3.81 dengan yudisium Cumlaude.
Endah Marlovia sudah berhak menyandang gelar Doktor dan menjadi lulusan ke 268 di lingkugan Doktor Ilmu Sosial Pascasarjana Unpas.
“Yang paling menarik berkuliah di Pascasarjana Unpas yakni dosen yang memang sangat membantu mahasiswa lebih cepat lulus,” paparnya.
“Sehingga, saya merasa nyaman dan bahagia serta bangga karena saya S1, S2 dan S3 di Unpas. Saya berharap pascasarjana Unpas tetap jaya bukan hanya di nasional namun juga di dunia,” tutupnya. (tie)