SUBANG, WWW.PASJABAR.COM — Bio Farma bersama dengan Komunitas Pecinta Alam Yayasan Wanadri, Kelompok Masyarakat Pesisir dan Karyawan Bio Farma melakukan kegiatan Employee Engagement berupa penanaman pohon mangrove.
Kegiatan itu sebagai rangkaian memperingati Hari Penanaman Pohon di Indonesia.
Kegiatan ini diselenggarakan di wilayah Pantai Pondok Bali, Kab Subang, Jawa Barat (13/11) dan melibatkan 100 orang karyawan Bio Farma.
Pada kegiatan ini, Bio Farma melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan menyediakan bibit mangrove sebanyak 3.500 batang pohon yang terdiri dari jenis Rhizopora mucronata atau bakau kurap.
Dalam kesempatan tersebut, VP TJSL, EHS, Aset, dan Umum Bio Farma, Tjut Vina Irviyanti, menyampaikan komitmen untuk memperhatikan lingkungan pesisir demi menjaga keberlanjutan masyarakat disana.
“Bio Farma berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan melalui berbagai inisiatif hijau dan program konservasi, termasuk pelestarian ekosistem pesisir dengan menanam mangrove.
“Mangrove memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, mencegah abrasi, menyerap karbon, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies”.
Program ini sejalan dengan misi keberlanjutan dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim serta konservasi biodiversitas.” Papar Tjut Vina.
Camat Legonkulon, Kab. Subang yang pada kesempatan ini diwakili oleh Sekretaris Camat Legonkulon, Agus Sunjaya menyampaikan apresiasi terhadap program-program yang telah diimplementasikan di Desa Mayangan.
“Kami haturkan terima kasih kepada Bio Farma atas inisiatif-inisiatif lingkungan yang baik untuk kemajuan wilayah kami”.
“Kami harap program ini dapat memberikan dampak yang baik untuk warga dan lingkungan tinggal warga. Kedepannya kami harap Bio Farma dapat senantiasa hadir dalam pembangunan berkelanjutan di wilayah kami.” Kata Agus.
Pembangunan infrastruktur jembatan
Selain menyediakan bibit pohon mangrove, Bio Farma juga memperhatikan aspek lain seperti pembangunan infrastruktur jembatan, proses penyulingan air mesin desalinasi dan bantuan pengolahan sampah plastik.
Berdasarkan data Dinas Kehutanan Jawa Barat Tahun 2017 tercatat luasan Hutan Mangrove yang ada di Kabupaten Subang sebesar 7.345 ha.
Namun perkembangan rehabilitasi hutan mangrove rakyat sepanjang tahun 2013-2017 hanya sebesar 2,5 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Jawabarat, 2018).
Menurut Indrayanti dkk (2015) terjadi penurunan luas mangrove di Kabupaten Subang dari 62,80% menjadi 20,03% sejak tahun 2005 hingga 2015 akibat perluasan area tambak ataupun akibat abrasi.
Untuk menanggulangi isu tersebut, hutan mangrove berperan sebagai green belt karena hutan mangrove melindungi garis pantai dari abrasi air laut, selain itu hutan mangrove dapat menahan gelombang air laut.
Bahkan hutan mangrove yang tumbuh kokoh dapat melindungi pesisir pantai dari terjangan angin, badai dan tsunami.
Tidak hanya dari segi lingkungan, secara sosial ekonomi hutan mangrove berperan sebagai sumber mata pencaharian (tambak, garam, perkebunan), produksi hasil hutan (arang, kayu, makanan, dan obat), bahan bangunan dan kerajinan, serta memiliki potensi untuk tempat wisata. (Jbe)