BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Yayasan Bakti Barito bersama Pemerintah Kabupaten Garut melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan SDN 3 Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Jumat (22/11/2024).
Sekolah ini dibangun menggunakan bata plastik daur ulang sebagai material utama, menjadi langkah inovatif dan ramah lingkungan untuk mendukung pemulihan infrastruktur pascagempa bumi yang melanda daerah tersebut.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Suryana, menjelaskan bahwa Kecamatan Pasirwangi merupakan salah satu wilayah yang terdampak parah akibat gempa bumi beberapa bulan lalu.
Dari 28 sekolah yang terdampak, baru dua sekolah, yaitu SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari, yang mendapat bantuan pembangunan.
Suryana menerangkan, material yang digunakan dalam pembangunan inibberasal dari sampah plastik daur ulang, sehingga lebih ramah lingkungan.
Selain menjadi solusi pascabencana, hal ini dapat lmengedukasi mengenai pemanfaatan sampah daur ulang plastik sebagai suatu barang yang bermanfaat.
Ia menambahkan bahwa penggunaan material plastik juga memberikan keunggulan berupa struktur bangunan yang ringan dan tahan gempa. Namun, ia mengingatkan pentingnya pengawasan terkait potensi bahaya material plastik terhadap api.
“Dari segi material sangat ringan sekali. Tapi ada beberapa yang perlu diperhatikan ketika kan ini terbuat dari bahan plastik, mungkin plastik bakal mudah terbakar juga itu perlu diperhatikan,” ucap Suryana.
Ia berharap, dengan adanya bangunan ini, nantinya siswa akan merasa lebih nyaman serta memberi suasana baru kepada para siswa ketika proses pembelajaran.
Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian Purbasari, mengungkapkan bahwa pembangunan ini melibatkan kolaborasi dengan Yayasan Kita Bisa dan Happy Hearth Indonesia. Menurutnya, teknologi bahan bangunan ini sudah teruji di berbagai wilayah rawan gempa, seperti Sumba dan Lombok.
“Bahan ini lebih tahan gempa karena dia ringan, dan kemudian tidak menggunakan paku, tidak menggunakan bahan-bahan yang berat, sehingga mudah-mudahan ini bisa lebih tahan gempa,” ucapnya. Ia menargetkan pembangunan sekolah ini selesai di bulan Desember sehingga dapat digunakan di tahun ajaran baru
Dian memastikan pembangunan sekolah yabg pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Garut ni telah teruji di daerah lain. Ia mengingatkan, jika Kabupaten Garut bisa mengelola sampah sendiri maka ekosistemnya bisa terbangun sendiri, sehingga akan menghemat biaya.
Sebagai daerah yang berada di dekat patahan, dan cukup rawan gempa, maka bangunan seperti ini bisa lebih mengakomodasi situasi kondisi di Garut.
Sementara itu, Kepala SDN 3 Barusari, Nenden, mengaku lega dengan pembangunan gedung baru ini.
Dengan adanya ruang kelas baru, siswa dan guru dapat belajar dengan lebih aman dan nyaman,” ujarnya. Sebelumnya, kata Nenden, proses pembelajaran harus dilakukan di gedung madrasah akibat kerusakan sekolah.
“Lebih tenang, lebih termotivasi siswa belajarnya. Kami juga guru melaksanakan proses belajar mengajarnya lebih tenang, lebih aman. Digunakan di awal Februari mas, kita nunggu peresmian ya,” tandasnya.
Bangunan baru ini mencakup empat ruang kelas, satu gedung yang direnovasi, serta dua toilet. Harapannya, langkah ini dapat mendorong semangat belajar siswa dan menjadi awal pemulihan pendidikan di wilayah terdampak bencana. (*/adv)