BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Universiti Putra Malaysia (UPM) menyelenggarakan “3D Printing Workshop for Agri-Innovators” guna mendukung penerapan teknologi pertanian presisi.
Workshop Agri-Innovators ini berlangsung pada Kamis (12/12/2024), bertempat di Laboratorium Fisika Dasar ITB Jatinangor.
Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Acep Purqon dari Prodi Fisika FMIPA ITB, dengan melibatkan dosen lintas fakultas, yakni Dr. Ramadhani Eka Putra (SITH ITB) dan Dr. Indria Herman (FTMD ITB), mengingat pengembangan teknologi pertanian membutuhkan kolaborasi multidisiplin.
Sementara itu, lima dosen dari Agricultural Engineering UPM Malaysia yang turut hadir adalah Dr. Samsuzana Abd Aziz, Dr. Nurulhuda Khairudin, Dr. Diyana Jamaludin, Dr. Hazreen Haizi Harith, dan Dr. Norulhuda Mohamed Ramli.
Para dosen UPM ini juga mewakili IEEE CAS (Institute of Electrical and Electronics Engineers, Circuit and Systems Society), penyelenggara workshop melalui program CASMAKERS 2.0.
Program ini didanai oleh IEEE dan mencakup modul microlearning untuk pendidik STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) dan inovator di sektor pertanian.
Dalam sambutannya, Dr. Acep Purqon menjelaskan bahwa perkembangan alat mesin pertanian (alsintan) semakin canggih dan mampu mengoptimalkan kegiatan pertanian.
“Beragam alat dengan spesifikasi tertentu semakin dibutuhkan, terutama untuk mendukung kebutuhan pertanian presisi,” ungkap Acep.
Sebagai pengajar mata kuliah terkait seperti Prinsip Pertanian Presisi, Big Data dalam Pertanian, dan Termodinamika Sistem Pertanian di Prodi Rekayasa Pertanian SITH ITB, ia menekankan pentingnya workshop internasional ini.
Untuk mendorong pengembangan produk-produk inovatif dalam teknologi pertanian.
Dr. Samsuzana Abd Aziz turut menyoroti dampak signifikan teknologi terhadap produk pertanian di Malaysia.
“Teknologi membawa daya saing bangsa, terutama dalam mendukung keberlanjutan (sustainability) dan pencapaian SDGs, di mana ketahanan pangan menjadi inti dari target tersebut,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penggunaan printer 3D mempercepat proses pembuatan prototipe produk inovasi dan mendorong efisiensi riset serta pengembangan teknologi.
“Dengan teknologi ini, kita bisa mendesain di rumah, sehingga mengurangi biaya produksi dan meningkatkan efisiensi,” imbuhnya.
Workshop Agri-Innovators ini diikuti oleh 40 mahasiswa ITB yang telah diseleksi dari berbagai program studi. Kegiatan ini bertujuan memotivasi mahasiswa untuk menjadi inovator di bidang teknologi pertanian sekaligus mendirikan startup yang berfokus pada sektor ini.
Pemanfaatan Teknologi untuk Pertanian
Menurut Dr. Acep, riset di FMIPA ITB diarahkan pada bidang agrofisika dan fisika hijau (agrophysics and green physics), yang mendukung keberlanjutan dengan memanfaatkan teknologi seperti digital twins untuk instrumentasi dan pemantauan mikroklimat.
“Workshop ini diharapkan dapat digabungkan dengan kewirausahaan (entrepreneurship and technopreneur), sehingga hasil riset tidak hanya menjadi publikasi akademik tetapi juga bisa diubah menjadi produk dan layanan yang bernilai ekonomi,” tutur Acep.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa perkembangan teknologi global memerlukan penguasaan ilmu dasar seperti fisika untuk menghasilkan inovasi baru di bidang pertanian, perikanan, dan peternakan.
“Teknologi seperti kuantum, material maju, fotonik, functional food, AI, IoT, hingga analisis big data menjadi kunci untuk menghadapi permasalahan yang semakin kompleks,” tambahnya.
Kolaborasi lintas disiplin pun menjadi suatu keharusan di era tanpa batas ini.
IEEE CAS juga menargetkan agar inovasi dapat menjangkau masyarakat luas melalui modul pembelajaran online yang lebih mudah diakses.
Untuk sektor pertanian, modul IEEE CAS mencakup tiga tema utama, yaitu 3D printing, machine learning, dan aplikasi drone.
Salah satu peserta, Adelia, mengungkapkan antusiasmenya terhadap workshop ini.
“Kegiatan ini sangat menarik karena inovasi di bidang pertanian berkembang pesat. Teknologi 3D printing membantu proses desain lebih cepat dibandingkan manufaktur biasa,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa teknologi ini memiliki banyak manfaat, seperti mempermudah pembuatan alat-alat fertigasi dan rapid soil checker yang efisien. (fal)