BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Di tengah hiruk-pikuk kota, sebuah toko buku hadir bukan sekadar tempat menjual dan membeli buku, tetapi juga sebagai ruang hidup bagi literasi, seni, dan komunitas.
Toko Buku Pelagia yang berlokasi di Luxor Permai, Jl. Kebon Jati B No.Kav 12A, Kota Bandung digagas oleh Galuh Pangestri dan Ency, menawarkan konsep unik yang menggabungkan toko buku, ruang diskusi, serta tempat berkumpulnya berbagai komunitas.
Sejak awal, Pelagia dibangun dengan semangat literasi yang melintasi berbagai bidang. Galuh Pangestri, salah satu penggagasnya, menyatakan bahwa literasi bukan hanya tentang membaca, tetapi juga menjadi jembatan bagi banyak hal, mulai dari seni pertunjukan, gerakan sosial, hingga musik.
“Kami ingin menawarkan satu ruang dengan toko buku sebagai medium, di mana orang bisa mendapatkan buku yang mereka butuhkan sekaligus mengaktivasi kebutuhan komunitas kolektif. Pelagia membuka diri untuk berbagai kegiatan seperti workshop, diskusi, bedah buku, hingga pemutaran film tertentu,” ujar Galuh, Sabtu (8/3/2025).
Meskipun baru berjalan dua bulan sejak berdiri pada Februari 2025, Pelagia telah mengadakan berbagai acara seperti workshop, bedah buku, dan peluncuran buku. Dalam waktu dekat, Pelagia juga akan menyelenggarakan peluncuran buku terbaru karya Khalis Mardiasih.
Selain menjual buku baru dan buku bekas, Pelagia juga memiliki koleksi khusus yang hanya bisa dibaca di tempat, termasuk koleksi pribadi Galuh dan Ency. Buku-buku ini mencakup karya sastra klasik seperti Pramoedya Ananta Toer dan literatur lain yang sulit ditemukan di pasaran.
“Kami ingin menghadirkan ruang di mana orang bisa membaca dan berdiskusi tanpa harus selalu membeli. Mirip seperti yang dilakukan beberapa toko buku lain, tapi di Pelagia, kami juga menyediakan makanan dan minuman, karena rasanya buku, kopi, dan camilan sudah tidak bisa dipisahkan,” tambahnya.
Pelagia juga punya tempat yang cozy dan hommy membuat pengunjung betah berlama-lama, membaca atau berdiskusi.
Inspirasi dari Sosok Pelagia Nilovna
Nama Pelagia sendiri terinspirasi dari karakter Pelagia Nilovna dalam novel Ibu karya Maxim Gorky. Tokoh tersebut digambarkan sebagai perempuan dari kalangan menengah ke bawah yang pada awalnya hanya mendampingi anaknya dalam perjuangan, tetapi kemudian menjadi motor penggerak dalam pergerakan sosial.
“Kami sebagai perempuan sering mempertanyakan peran kami, baik di ranah domestik maupun sosial. Kami ingin Pelagia menjadi tempat yang mendukung berbagai gerakan dan diskusi, bukan sekadar toko buku, tapi ruang alternatif bagi komunitas,” kata Galuh.
Adapun ide mendirikan Pelagia terang Galuh, sebenarnya telah muncul sejak tahun lalu. Setelah melalui proses pencarian lokasi, akhirnya mereka menemukan tempat yang strategis di Bandung.
“Kami mencari lokasi yang aksesibel, dekat dengan pusat kota, sekolah, rumah sakit, dan juga pasar. Kami ingin benar-benar terjun ke dalam kehidupan masyarakat dan menjadikan Pelagia lebih dari sekadar toko buku, tetapi juga tempat berbagi dan bertumbuh bersama,” ungkapnya.
Dengan konsep yang unik dan semangat yang kuat, Pelagia bukan hanya menghadirkan bacaan, tetapi juga menjadi ruang bagi gagasan, percakapan, dan pergerakan. Di tengah gempuran dunia digital, tempat ini mengingatkan bahwa membaca dan berdiskusi tetap menjadi aktivitas yang relevan dan penting. (tiwi)