*) FILOSOFI DAN MAKNA LEBARAN DI NEGRI KONOHA

Transmisi Islam ke Indonesia bukan hanya pada sisi ajaran dogmatis keagamaan saja, melainkan juga di barengi oleh proses akulturasi budaya antara para pembawa ajaran Islam dengan budaya lokal setempat.
Dalam pada itu, kalangan muslim Indonesia seringkali juga mengalami kerancuan dalam memahami mana yang ajaran Islam dan mana yang merupakan hasil akulturasi budaya setempat.
Beberapa pola demikian dapat kita cermati dalam tradisi memakai pakaian ala arab seperti gamis dan sorban.
Beberapa bukti masuknya nilai-nilai Islam dalam produk budaya setempat atau proses akulturasi, dapat di lihat dalam pola dakwah yang di kembangkan oleh para wali di tanah jawa,
seperti Sunan Kali Jaga yang menggunakan instrumen pewayangan sebagai media dakwah dan peristiwa mudik lebaran setelah ibadah puasa Ramadhan.
Fenomena menarik dan unik pasca berakhirnya puasa Ramadhan di Indonesia adalah peristiwa mudik yang artinya kembali ke asal yang dalam Bahasa agama berarti idul fitri, kembali suci.
Kembali ke asal berarti kembali ke asal kita dilahirkan yaitu rahim dimana Ibu kita berasal berarti secara harfiah kembali ke ibu dan ibu biasanya masih dikampung-kampung
sementara anaknya sudah mengembara kemana-mana dan terutama kota bahkan luar negri.
Di moment itulah untuk melengkapi kefitrahan kita, umat Islam “teu poho ka purwa daksi” (awal dan akhir kita berasal) yaitu Ibu tempat kita diahirkan dan kampung dimana kita berasal.
Fenomena ini menjadi sebuah kesadaran kolektif ummat Islam Indonesia yang menggerakan sekitar lebih dari 100 juta penduduk untuk mudik ke kampung halaman.
Dan ini pun sebagai pelajaran dan kesadaran untuk kembali ke kampung akhirat. Demikian juga beberapa symbol dan ciri lebaran jika kita bedah ternyata mengandung makna filosofi yang mendalam.
Misalnya dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran.
Ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.
Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa.
Prosesi sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun, dan ini masih membudaya hingga kini.
Laku papat artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Empat tindakan tersebut adalah:1. Lebaran.2. Luberan.3. Leburan.4. Laburan.
Lebaran
Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.
Luberan.Bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah menjelang lebaran pun selain menjadi ritual yang wajib dilakukan umat Islam, juga menjadi wujud kepedulian kepada sesama manusia.
Leburan. Maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Laburan. Berasal dari kata labur atau kapur.
Kapur adalah zat yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain.
Lebaran sebagai Peristiwa Budaya
Fenomena lebaran menggambarkan akulturasi agama menjadi sebuah tradisi dan budaya yang unik dan mungkin tidak ada di negara lain seperti Arab yang juga melaksankan ibadah Ramadhan.
Fenoemna lebaran ini melahirkan keunikan budaya yang beragam seperti:
- Tradisi Mudik: Salah satu tradisi Lebaran yang khas di Indonesia adalah mudik,
yaitu pulang kampung untuk berkumpul dengan keluarga besar.
- Silaturahmi: Lebaran menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi
dengan mengunjungi sanak saudara, tetangga, dan teman-teman.
- Hidangan Khas: Lebaran identik dengan hidangan khas seperti ketupat, opor
ayam, rendang, dan berbagai kue kering.
- Tradisi Halalbihalal: Di Indonesia, terdapat tradisi halalbihalal, yaitu saling
bermaaf-maafan untuk membersihkan diri dari kesalahan dan dosa.
- Pakaian Baru: Tradisi mengenakan pakaian baru saat Lebaran melambangkan
kesucian dan kemenangan setelah sebulan berpuasa.
- Tradisi Lokal: Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi Lebaran yang unik,
seperti tradisi Grebeg Syawal di Yogyakarta atau tradisi Binarundak di Manado.
Makna Idul Fitri di Negri Konoha
Puncak Ibadah shaum Ramadhan adalah Idul Fitri yang merupakan wujud
perayaan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, menahan diri dari makan, minum,
dan hawa nafsu.
Selanjutnya umat islam melaksanakan Shalat Id: Salah satu ritual utama Idul Fitri adalah pelaksanaan shalat Id berjamaah di pagi hari, yang merupakan ungkapan syukur kepada Allah SWT.
Sebelum shalat Id, umat Islam diwajibkan untuk membayar zakat fitrah, sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap sesama, terutama kaum dhuafa dan menghindari nafsu serakah.
Dengan demikian idul fitri adalah momen refleksi, untuk merenungkan diri, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dengan segala makna dan hakikat ajarah shaum Ramadhan dan idul fitri tersebut, lalu bagaimana dengan para pelaku kejahatan kemanusiaan, para koruptor yang menggasak uang rakyat,
penjahatan lingkungan yang mengurah keayaan alam, para politisi yang membenrakan kejahatan kebijakan, para penegak hokum yang menjual keadilan,
para pengusaha yang menguras hak rakyat atau para penjahatan direksi pertamina yang mengoplos pertamax, mereka beratahun-tahun juga melalui idul fitri dan
bertahun-tahun juga menggasak keringat rakyat bagaimana mereka meminta maaf kepada ratusan juta rakyat yang ditipunya.
Seandainya mereka menikmati kekayaan haram itu dan bisa bebas dengan permainan mafia hukum.
Di negri ini, Ramadhan direduksi menjadi upacara dan selebrasi pencitraaan, para pejabat buka bersama, ngundang ustad ke istana, bagi-bagi sembako,
tarawih keliling dan santunan kepada yang mudik. Tetapi di waktu yang sama kejahatan politk dan kebijakan terus direncanakan dan dilaksanakan, rakyat dibuat sulit dan sengsara.
Tapi yang pasti rakyat yang tersakiti akan menjadi hakim dan menuntut keadilan di akhirat nanti. Sedikitpun mereka tidak dapat lari pengadilan akhirat.
Dengan demikian, Idul Fitri dan Lebaran adalah perpaduan antara peristiwa agama dan budaya yang kaya makna.
Idul Fitri sebagai hari raya agama menjadi puncak dari ibadah Ramadhan, sementara Lebaran sebagai tradisi budaya menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi,
berbagi kebahagiaan, dan melestarikan nilai-nilai luhur.
Ibarat battery HP yang baru discharge, maka ummat Islam yang kembali suci mempunyai semangat dan spiritualitas baru dalam “ngambah sagara kahirupan”
Sehingga menapilkan citra sebagai khalifah fil ardhi yang menebarkan rahmat bagi sekalian alam.
Semoga. (***)
# FILOSOFI DAN MAKNA LEBARAN