BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Sastrawan dan budayawan Hikmat Gumelar menyoroti absennya posisi Direktur Jenderal (Dirjen) Sastra dalam struktur pemerintahan, meskipun Indonesia telah memiliki Kementerian Kebudayaan.
Menurutnya, hal ini menjadi indikasi lemahnya arah kebijakan negara dalam membangun dunia literasi dan kebudayaan.
“Sastra adalah ruh bangsa. Tapi sampai hari ini, kita tidak memiliki Dirjen Sastra dalam struktur kementerian. Ini sebuah kehilangan arah kebijakan,” tegas Hikmat Gumelar dalam kuliah umum bertajuk Kebangkitan Sastra Asia-Afrika pada acara pelantikan pengurus Ikatan Alumni Sastra Budaya (IKA Sadaya) Universitas Padjadjaran di El Hotel Bandung, Minggu (12/5/2025).
Ia menambahkan, sastra tidak bisa berdiri sendiri dan perlu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Agar mampu memberikan dampak yang lebih luas.
Hikmat, yang juga lulusan Sastra Sunda Unpad tahun 1985 dan aktif di Gelanggang Seni Sastra, Teater, dan Film (GSSTF), baru-baru ini meraih Palestine World Prize for Literature di Baghdad atas kumpulan puisinya berjudul Dari Reruntuhan Mawar ke Cerita Ingatan.
Pelantikan pengurus IKA Sadaya turut dihadiri Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad Prof. Aquarini Priyatna, Sekjen IKA Unpad Yhodhisman Soratha. Dan Ketua Umum IKA Sadaya Nuning Purwaningrum Hallet.
Para pengurus yang dilantik mengenakan kebaya serta pangsi dan iket Sunda sebagai bentuk kecintaan terhadap budaya lokal.
Dekan FIB Unpad, Prof. Aquarini yang akrab disapa Atwin, mengungkapkan kebanggaannya atas prestasi Program Studi Sastra Inggris FIB Unpad. Yang masuk peringkat 301–350 dunia dalam QS World University Ranking by Subject 2025.
“Ini berarti Sastra Inggris FIB setara dengan program studi di universitas ternama. Seperti University of California at Riverside dan Universiti Teknologi Malaysia,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua IKA Sadaya Nuning Hallet menyatakan bahwa silaturahmi antaralumni menjadi sarana memperkuat identitas almamater. Dan membuka peluang kolaborasi lintas bidang.
“Pertemuan antaralumni memperluas jaringan kerja dan memungkinkan kontribusi nyata untuk pengembangan universitas dan masyarakat. Hubungan baik antaralumni juga menciptakan citra positif bagi Unpad,” kata Nuning. (*)









