Langkawi, Malaysia, www.pasjabar.com – PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menandatangani kesepakatan kerja sama strategis dengan perusahaan pertahanan asal Malaysia, Boustead Heavy Industries Corporation Bhd (BHIC), dalam ajang The 17th Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA) 2025, Rabu (21/5).
Kesepakatan ini dituangkan dalam bentuk Framework Agreement (FA) yang ditandatangani oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan, dan CEO BHIC, Feroz Razi Ramli, dengan disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan Malaysia, Yang Mulia Dato’ Seri Mohamed Khaled Nordin.
Fokus pada Perluasan Produksi dan MRO
Kerja sama ini difokuskan untuk meningkatkan kapabilitas produksi pesawat PTDI dalam menjawab kebutuhan pasar domestik maupun internasional.
Selain itu, kedua pihak sepakat untuk mendorong lokalisasi rantai pasok Aerostructure, yang tetap mengikuti regulasi dari Original Equipment Manufacturer (OEM).
Tak hanya berhenti pada sektor produksi, kerja sama juga mencakup layanan leasing pesawat, serta Maintenance, Repair & Overhaul (MRO).
Dalam jangka panjang, hal ini diharapkan mampu memperkuat layanan purnajual PTDI di kawasan Asia Tenggara.
“Partisipasi kami di LIMA 2025 adalah bentuk komitmen untuk membangun kolaborasi strategis yang memperkuat posisi PTDI.”
“Sekaligus mendukung stabilitas pertahanan regional,” kata Gita Amperiawan dalam pernyataannya.
Kolaborasi Lintas Negara dengan INA, Inc.
Pada kesempatan yang sama, BHIC juga menandatangani FA dengan anak perusahaan PTDI di Amerika Serikat, IPTN North America, Inc. (INA, Inc).
Ruang lingkup kerja sama ini meliputi penyediaan material, peralatan, dan suku cadang untuk pengembangan pesawat buatan PTDI maupun proyek non-PTDI yang sedang dikembangkan oleh INA, Inc.
Selain itu, kedua belah pihak akan bekerja sama dalam kegiatan penjualan dan pemasaran komponen Aerostructure, membuka peluang bagi industri dirgantara nasional untuk lebih kompetitif di pasar global.
Sinergi Dua Negara Majukan Pertahanan Kawasan
Kolaborasi antara PTDI dan BHIC menandai babak baru dalam sinergi pertahanan dan kedirgantaraan antara Indonesia dan Malaysia.
Selain mendorong penguatan industri lokal, kerja sama ini juga berpotensi memperluas akses teknologi, meningkatkan SDM, dan memperkuat rantai pasok strategis di Asia Tenggara.
Langkah ini dinilai selaras dengan visi pemerintah Indonesia dalam membangun kemandirian industri pertahanan, serta membuka jalan bagi kolaborasi global yang lebih luas dalam bidang manufaktur dan komersialisasi produk-produk teknologi tinggi. (Jbe)