WWW.PASJABAR.COM – Nama Michael Schumacher tetap abadi dalam benak para penggemar Formula 1. Sosoknya adalah simbol kecepatan, ketangguhan, dan kejayaan era 1990-an hingga awal 2000-an.
Namun, sejak kecelakaan ski tragis yang menimpanya di Pegunungan Alpen, Prancis, pada akhir Desember 2013, kehidupan Schumacher berubah drastis—dan tertutup dari sorotan publik.
Schumacher, juara dunia tujuh kali yang pernah membela tim Benetton dan Ferrari, mengalami cedera otak parah. Setelah kepalanya terbentur batu saat bermain ski off-piste di Méribel.
Ia sempat koma selama berbulan-bulan dan menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Grenoble. Kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Lausanne di Swiss untuk tahap rehabilitasi lanjutan.
Sembilan bulan setelah insiden itu, Schumacher diperbolehkan pulang. Namun, kondisinya tak pernah benar-benar pulih seperti sedia kala.
Sang istri, Corinna Schumacher, memilih untuk menjaga privasi dan merawat suaminya di rumah. Dengan pengawasan ketat tim medis khusus beranggotakan 15 orang.
Terapi Suara F1 dan Komitmen Keluarga
Dilansir dari Crash.net, salah satu metode terapi yang digunakan adalah memperdengarkan suara-suara mesin mobil balap Formula 1—suara yang sangat familiar bagi Schumacher selama lebih dari dua dekade kariernya.
Terapi ini dipercaya dapat menstimulasi ingatan dan otaknya yang rusak akibat cedera.
Dalam film dokumenter Schumacher yang dirilis Netflix, Corinna menyampaikan bahwa kondisi suaminya kini sangat berbeda. Namun semangatnya tetap hidup.
“Michael ada di sini. Berbeda, tetapi dia ada di sini, dan itu memberi kami kekuatan,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa keluarga mereka tetap menjalani kehidupan bersama di rumah dan menjalankan berbagai terapi demi kenyamanan Schumacher.
Corinna juga menegaskan komitmen keluarga untuk menjaga martabat sang legenda.
“Michael selalu melindungi kami semasa hidupnya. Kini, giliran kami melindungi dia,” katanya. Tidak ada foto, video, maupun informasi medis yang dibuka ke publik sejak 2013.
Tiga Sosok yang Diizinkan Menjenguk
Hingga lebih dari satu dekade berlalu, akses untuk menjenguk Michael Schumacher sangat terbatas.
Berdasarkan laporan investigatif The Telegraph, hanya tiga orang di luar keluarga inti yang diizinkan menjenguk. Jean Todt (mantan bos tim Ferrari), Ross Brawn (mantan direktur teknis Ferrari), dan Gerhard Berger (mantan rival sekaligus sahabat Schumacher).
Jean Todt bahkan mengaku rutin menjenguk dua kali sebulan dan kerap menonton balapan Formula 1 bersama Schumacher.
Sementara Ross Brawn dan Berger, meski menjaga privasi, disebut sebagai bagian dari lingkaran dalam yang dipercaya keluarga.
Mereka yang pernah mendapat izin, seperti Willi Weber (mantan manajer), Eddie Jordan (pendiri tim Jordan Grand Prix), dan Luca Badoer (eks rekan setim), tak lagi diizinkan setelah membicarakan kondisi Schumacher ke media.
Privasi sebagai Benteng Terakhir
Tempat tinggal Michael Schumacher yang dikabarkan berada di Swiss atau Mallorca kini menjadi “benteng privasi”.
Semua informasi dijaga ketat oleh Corinna dan juru bicara keluarga, Sabine Kehm. Bahkan, dalam berbagai kegiatan keluarga, penggunaan ponsel dan dokumentasi sangat dibatasi.
Dalam satu dekade terakhir, bahkan upaya pemerasan senilai 12,5 juta poundsterling oleh mantan pengawalnya tak berhasil menggoyahkan komitmen keluarga terhadap privasi.
Meski kondisinya tetap menjadi misteri, cinta dan perlindungan dari orang-orang terdekat membuat Schumacher tetap hidup. Sebagai sosok yang dihormati dan dicintai.
“Kami berusaha untuk melanjutkan hidup sebagai keluarga, seperti yang disukai Michael dan masih disukainya. Privasi adalah privasi,” pungkas Corinna. (han)












