Bandung, www.pasjabar.com — Ruang publik Pasar Kosambi disulap menjadi galeri seni dadakan lewat gelaran Pameran Studi Seni Sketsa dan Drawing bertajuk “Tubuh Arena”, Kamis (12/6/2025).
Pameran ini menampilkan 77 karya drawing dan sketsa hasil buah pikir dan tangan kreatif 43 mahasiswa.
Para mahasiswa tersebut berasal dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) angkatan 2023.
Ujian Akhir Semester dalam Format Pameran Publik
Berlangsung dari 10 hingga 15 Juni 2025, pameran ini merupakan bagian dari Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Studi Sketsa dan Drawing.
Alih-alih dikumpulkan sebagai tugas biasa, karya mahasiswa ini justru ditampilkan di ruang publik yang semarak.
Yaitu Hallway Space, Pasar Kosambi, Jalan Ahmad Yani, Kota Bandung.
Para pengunjung yang melintas terlihat tertarik untuk berhenti, mengamati, dan bahkan berdiskusi langsung dengan mahasiswa terkait makna karya yang dipamerkan.
Format ini menjadi pendekatan yang tidak hanya edukatif, tetapi juga inklusif dan merakyat.
Mempertemukan dunia akademik dan masyarakat umum melalui seni.
Makna Tema “Tubuh Arena” dalam Perspektif Mahasiswa
Mengusung tema “Tubuh Arena”, pameran ini menjadi eksplorasi visual tentang bagaimana tubuh manusia dipahami sebagai ruang yang penuh makna—baik sebagai simbol, subjek, maupun media ekspresi.
Karya-karya yang ditampilkan menunjukkan keragaman pendekatan teknik dan gaya visual, mulai dari realis, ekspresif, hingga eksperimental.
Mahasiswa menjadikan tubuh bukan hanya objek lukisan, tetapi juga narasi yang menyimpan konflik, emosi, hingga refleksi personal.
“Tema ini menarik karena menempatkan tubuh sebagai medium sekaligus medan pergulatan artistik,” ujar salah satu peserta pameran.
Pasar sebagai Ruang Alternatif Seni
Menariknya, pemilihan Pasar Kosambi sebagai ruang pameran bukan tanpa alasan.
Konsep “art in public space” menjadi strategi untuk membuka akses seni rupa kepada masyarakat luas, khususnya di ruang-ruang yang tidak lazim dijadikan lokasi pameran.
Inisiatif ini sekaligus menghidupkan kembali semangat bahwa seni bisa hidup berdampingan dengan keseharian warga.
Pameran ini juga menjadi bukti bahwa mahasiswa seni tidak hanya belajar teknik visual, tetapi juga penerapan konsep kuratorial, produksi pameran, dan komunikasi publik, sehingga pendidikan seni menjadi lebih komprehensif.