WWW.PASJABAR.COM – Kecelakaan pesawat Air India pada 12 Juni 2025 menjadi salah satu tragedi penerbangan paling memilukan dalam sejarah India.
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner dengan nomor penerbangan AI171 jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad, menuju London Gatwick.
Insiden tragis ini menewaskan 241 orang, termasuk 229 penumpang dan 12 kru, serta menimbulkan korban jiwa di darat.
Satu-satunya penumpang yang selamat, Ramesh Vishwaskumar Bucharvada, kini menjadi saksi kunci dalam penyelidikan penyebab kecelakaan.
Kronologi Kecelakaan: Jatuh dalam Hitungan Detik
Pesawat lepas landas pukul 13.39 waktu setempat, mencapai ketinggian sekitar 625 kaki (190 meter) hanya dalam 30 detik. Tak lama setelah itu, pilot mengirimkan sinyal darurat “Mayday”.
Namun sebelum komunikasi lanjutan bisa dilakukan, pesawat kehilangan daya dorong dan menukik tajam ke kawasan permukiman padat di Meghani Nagar. Menghantam bangunan asrama mahasiswa kedokteran BJ Medical College.
Ledakan besar terjadi akibat lebih dari 100.000 liter bahan bakar jet yang terbakar, memunculkan bola api dan asap hitam pekat.
Puing-puing pesawat berserakan, termasuk bagian ekor yang tersangkut di atap bangunan. Setidaknya 28 orang di darat tewas, dan puluhan lainnya luka-luka, sebagian besar penghuni asrama.
Satu-satunya Penumpang Selamat
Dari 242 orang di dalam pesawat, hanya Ramesh Vishwaskumar Bucharvada (38), warga Inggris keturunan India, yang selamat.
Duduk di kursi 11A, dekat pintu darurat, ia selamat setelah terlontar dari badan pesawat yang terbelah sebelum ledakan. Ramesh mengalami cedera di dada, mata, dan kaki, namun dalam kondisi stabil.
“Saya bangun dan melihat banyak mayat di sekitar saya. Saya lari sekuat tenaga, puing di mana-mana,” tuturnya kepada Hindustan Times.
Ia juga mengungkap masih mencari saudara laki-lakinya, Ajay, yang turut dalam penerbangan tersebut.
Analisis Awal dan Spekulasi Penyebab
Pakar penerbangan menyatakan fase lepas landas adalah yang paling kritis, dan kecelakaan AI171 terjadi saat pesawat belum mencapai ketinggian aman. Beberapa indikasi teknis muncul:
- Roda pendaratan belum ditarik, mengindikasikan kemungkinan kegagalan mesin terjadi sangat awal.
- Video amatir menunjukkan hidung pesawat terangkat, tapi tidak cukup daya angkat—kemungkinan kehilangan tenaga dorong.
- Dugaan awal termasuk kerusakan mesin ganda, serangan burung, atau kegagalan sistem navigasi.
- Pilot sempat menyadari masalah dan mencoba mengatasinya, terbukti dari sinyal darurat yang dikirim.
Mantan pilot Ehsan Khalid menyatakan, kecil kemungkinan dua mesin gagal secara bersamaan kecuali ada kerusakan serius.
Ia menyoroti pentingnya data dari Flight Data Recorder (FDR), Cockpit Voice Recorder (CVR), dan sistem ACARS dalam mengungkap penyebab kecelakaan.
Reaksi Global dan Proses Investigasi
Perdana Menteri India Narendra Modi menyampaikan belasungkawa dan menyebut insiden ini sebagai “sangat memilukan.” Kecelakaan pesawat Air India ini juga menewaskan tokoh politik India, Vijay Rupani, mantan Menteri Utama Gujarat.
Air India menyatakan ini merupakan kecelakaan fatal pertama yang melibatkan Boeing 787-8 Dreamliner sejak debutnya di awal 2010-an. Boeing sendiri sedang dalam sorotan setelah serangkaian masalah teknis yang menurunkan kepercayaan publik.
Saham perusahaan Boeing langsung merosot 4–5 persen, mencerminkan kekhawatiran global atas keselamatan armada mereka.
Riwayat Kecelakaan Terkait
- 1985: Air India Flight 182 diledakkan di udara – 329 tewas
- 2010: Air India Express jatuh di Mangalore – 158 tewas
- 2020: Air India Express tergelincir di Kozhikode – 21 tewas
Kecelakaan pesawat Air India kali ini menjadi salah satu yang paling mematikan dalam sejarah penerbangan India dan dunia.
Sementara itu, seluruh jadwal penerbangan dari dan ke Bandara Ahmedabad saat ini ditangguhkan hingga waktu yang belum ditentukan.
Kecelakaan AI171 bukan hanya tragedi kemanusiaan, tetapi juga pukulan besar bagi reputasi keselamatan penerbangan global.
Kisah selamatnya Ramesh Vishwaskumar Bucharvada menjadi secercah harapan di tengah duka mendalam. Dunia kini menantikan hasil penyelidikan, dengan harapan tragedi serupa tak terulang kembali. (han)