BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menggelar Industry Appreciation Luncheon 2025 di Kampus SBM ITB Jakarta, Jumat (3/10/2025).
Acara Industry Appreciation Luncheon 2025 ini menjadi ajang silaturahmi sekaligus bentuk apresiasi kepada mitra industri yang selama ini mendukung pengembangan pendidikan, riset, dan keberlanjutan di SBM ITB.
Sebagai bentuk penghargaan, SBM ITB memberikan apresiasi kepada mitra industri dalam dua kategori. Kategori Master Class dianugerahkan kepada PT PLN (Persero), PT Freeport Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Kilang Pertamina Internasional. Sementara kategori Executive Class diberikan kepada BTPN Syariah, PT Kaltim Prima Coal, Politeknik Pariwisata NHI Bandung, Perum Jasa Tirta II, PT Jasa Marga (Persero) Tbk., dan PT Hutama Karya (Persero).
Direktur Direktorat Kemitraan ITB, Dr. Endra Gunawan, menekankan bahwa peran ITB tidak hanya sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai mitra strategis bagi dunia usaha.
“Core pillar kami ada tiga: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Karena itu, inilah kesempatan baik untuk bermitra,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Sementara itu, Dekan SBM ITB Jakarta, Prof. Aurik Gustomo, menegaskan pentingnya lulusan yang memiliki pola pikir kewirausahaan dan berorientasi pada keberlanjutan.
“Alumni kami tidak hanya lulus dengan gelar, tetapi membawa entrepreneurial mindset untuk membuat perusahaan tumbuh secara berkelanjutan. Growth strategy, leadership, dan innovation adalah tiga kunci pembelajaran di SBM ITB,” jelasnya.
Prof. Aurik juga menekankan bahwa inovasi merupakan motor penggerak kolaborasi antara kampus dan industri. Menurutnya, inovasi bukan sekadar jargon, melainkan inti agar strategi dan kepemimpinan dapat diwujudkan dalam praktik.
“Keberadaan ITB di tengah disiplin teknologi dan sains membuat inovasi kami berbasis pada teknologi dan kolaborasi multidisiplin,” tambahnya.
Relevansi Kurikulum dengan Dunia Kerja
Dalam sesi diskusi, akademisi, alumni, dan perwakilan industri membahas relevansi kurikulum SBM ITB dengan kebutuhan dunia kerja. Mereka menyoroti pentingnya studi kasus lokal agar lulusan lebih siap menghadapi konteks Indonesia, di samping metode case teaching yang selama ini didukung oleh praktisi dan dosen internasional.
Diskusi juga menekankan perlunya memperluas kerja sama universitas dan industri melalui pelatihan, riset, hingga pengembangan modul bersama. Dengan pendekatan multidisiplin dan semangat applied sciences, SBM ITB menegaskan komitmennya untuk melahirkan lulusan yang tidak hanya kompeten secara profesional, tetapi juga memberi dampak nyata bagi masyarakat.
Acara ditutup dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara SBM ITB dan sejumlah mitra strategis lintas sektor, termasuk VMCS Advisory, McKinsey & Company, Bobobox, CAKE Global, CPROCOM, dan EBSI Indonesia. Kolaborasi tersebut mencakup bidang konsultansi, pengembangan talenta, hingga keberlanjutan bisnis. (*/eci)












