www.pasjabar.com — CEO Bayern Munchen, Jan-Christian Dreesen, akhirnya mengungkap alasan di balik keputusan klubnya untuk tidak ikut bersaing dengan Liverpool dalam perburuan Florian Wirtz pada bursa transfer musim panas lalu.
Meskipun mengakui Bayern mampu mendatangkan pemain kelas dunia, Dreesen menegaskan klub memiliki prinsip kuat dalam menjaga kestabilan finansial.
Liverpool menjadi pemenang dalam transfer sensasional itu setelah membayar 116 juta pounds (sekitar Rp2,3 triliun) kepada Bayer Leverkusen.
Nilai tersebut menjadikan Wirtz sebagai rekrutan termahal dalam sejarah klub dan rekor baru di sepak bola Inggris.
Bayern serta Manchester City sempat dikaitkan, namun keduanya mundur karena tidak ingin terlibat dalam perang harga.
“FC Bayern bisa membeli siapa pun. Tapi kami ingin membayar tanpa harus berlari ke bank. Itu bukan DNA kami,” kata Dreesen kepada BILD, menyindir gaya belanja agresif klub-klub Premier League.
Stabilitas Finansial Jadi Kunci Filosofi Bayern
CEO Bayern, Dreesen menegaskan bahwa kestabilan finansial adalah pondasi utama klub asal Bavaria tersebut. Menurutnya, Bayern memiliki struktur keuangan sehat dengan rasio modal yang kuat. Namun mereka enggan mengikuti pola pengeluaran klub-klub Inggris yang bergantung besar pada pendapatan hak siar televisi.
Ia bahkan mengungkap perbedaan mencolok antar liga. “Klub peringkat terbawah di Premier League memiliki pendapatan media 60 juta euro lebih banyak daripada kami. Liverpool meraup 200 juta euro, sedangkan Barcelona dan Real Madrid sekitar 160 juta euro,” ujar Dreesen.
Pernyataan itu menjadi sindiran terselubung terhadap model bisnis Premier League yang dinilai tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, meskipun menghasilkan kompetisi yang sangat kompetitif di bursa transfer.
Florian Wirtz Masih Belum Bersinar di Liverpool
Sementara itu, perjalanan Florian Wirtz bersama Liverpool belum berjalan mulus. Di bawah asuhan Arne Slot, gelandang muda asal Jerman itu baru mencatatkan satu assist dari 10 penampilan di seluruh kompetisi tanpa mencetak satu pun gol.
Performa yang belum konsisten membuat Wirtz sempat dicadangkan dalam laga krusial melawan Chelsea. Ia baru masuk di babak kedua menggantikan Conor Bradley, namun tak memberikan pengaruh berarti.
Tekanan di Kubu Liverpool Meningkat
Kondisi ini membuat tekanan meningkat di Anfield. Liverpool tengah terpuruk usai menelan tiga kekalahan beruntun dari Crystal Palace, Chelsea, dan Galatasaray.
Setelah jeda internasional, mereka akan menghadapi Manchester United pada 19 Oktober — laga yang bisa menjadi titik balik atau semakin memperburuk situasi tim asuhan Arne Slot tersebut.