BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas) kembali melahirkan doktor baru dalam bidang Ilmu Sosial, pada Rabu (8/10/2025).
Salman Alfarisi resmi meraih gelar Doktor Ilmu Sosial setelah mempertahankan disertasi berjudul “Difusi Inovasi Pemerintah Kota Tasikmalaya dan Bildungswerk Der Saechsischen Wirtschaft (BSW) dalam Pengembangan Industri Kecil dan Menengah Kerajinan Bordir di Kota Tasikmalaya” dalam Sidang Promosi Doktor yang digelar di Aula Mandalasaba dr. Djoenjoenan, Kampus Pascasarjana Unpas, Jalan Sumatra No. 41, Kota Bandung.
Sidang dipimpin oleh Ketua Sidang sekaligus Promotor, Prof. Dr. H. Bambang Heru P, MS., didampingi Promotor Prof. Dr. H. Ali Anwar, M.Si., dan Co-Promotor Prof. Dr. H. Soleh Suryadi, M.Si.
Adapun jajaran penelaah atau oponen ahli terdiri dari Prof. Dr. H. Kamal Alamsyah, M.Si., Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., dan Prof. Dr. H. Thomas Bustomi, M.Si.
Kolaborasi Pemerintah dan Lembaga Internasional
Dalam disertasinya, Salman menyoroti stagnasi perkembangan industri kecil dan menengah (IKM) kerajinan bordir di Kota Tasikmalaya.
Ia menjelaskan bahwa meskipun daerah tersebut dikenal sebagai sentra bordir nasional, berbagai permasalahan masih menghambat pertumbuhannya.
Seperti terbatasnya segmen pemasaran, kurangnya diversifikasi produk, serta rendahnya kualitas seni bordir yang berdampak pada menurunnya daya saing dan pasar.
Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Kota Tasikmalaya melakukan kerja sama dengan lembaga asal Jerman, Bildungswerk Der Saechsischen Wirtschaft (BSW), sejak tahun 2017. Tujuannya adalah mengembangkan industri bordir yang lebih modern dan kompetitif di pasar global.
Penelitian ini kemudian menganalisis sejauh mana difusi inovasi dari program kerja sama tersebut berhasil diadopsi oleh para pelaku usaha bordir lokal.
Analisis Difusi Inovasi dalam Pengembangan IKM
Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi dari Rogers (2003), yang menekankan empat komponen utama: karakteristik inovasi, saluran komunikasi, waktu, dan sistem sosial.
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, di mana data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dokumentasi, serta studi kepustakaan dan dianalisis dengan triangulasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa difusi inovasi dalam pengembangan IKM bordir di Tasikmalaya belum berjalan efektif. Inovasi yang ditawarkan pemerintah dan BSW belum sepenuhnya diadopsi oleh para pelaku usaha bordir.
Beberapa faktor penghambat yang ditemukan antara lain kurangnya komitmen dan dukungan berkelanjutan dari pemerintah, sikap budaya yang kurang terbuka terhadap perubahan.
Keterbatasan sumber daya dan infrastruktur, kebijakan yang belum mendukung, serta minimnya kolaborasi dengan tokoh masyarakat.
Untuk meningkatkan efektivitasnya, Salman menekankan pentingnya memperhatikan prinsip-prinsip difusi inovasi.
Seperti menciptakan inovasi yang relevan dan mudah diadopsi, memperkuat saluran komunikasi melalui sosialisasi intensif, memberikan waktu adaptasi yang cukup bagi pelaku usaha, serta memahami karakteristik sistem sosial masyarakat setempat.
“Selain empat komponen utama teori Rogers, penelitian ini juga menemukan unsur kebaruan (novelty) berupa pentingnya peran kepemimpinan politik, stabilitas birokrasi, dan kerja sama internasional dalam memperkuat sistem sosial agar inovasi dapat berkelanjutan dan efektif diadopsi oleh pelaku IKM,” jelas Salman dalam pemaparan disertasinya.
Lulus dengan Yudisium Sangat Memuaskan
Berdasarkan hasil sidang, Salman Alfarisi dinyatakan lulus dengan IPK akhir 3,67 dan meraih predikat “Sangat Memuaskan.” Ia menjadi doktor ke-302 di bidang Ilmu Sosial Pascasarjana Universitas Pasundan.
Dalam wawancara usai sidang, Salman menyampaikan harapannya agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat nyata bagi kemajuan sektor industri kreatif di Tasikmalaya.
“Harapan saya, penelitian ini bisa menginspirasi dan menjadi pijakan bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk mengangkat kembali kejayaan bordir Tasikmalaya. Mudah-mudahan produk bordir kita bisa lebih dikenal di tingkat nasional bahkan internasional, khususnya di Jerman,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kualitas pendidikan di Pascasarjana Unpas yang terus berkembang pesat.
“Saya berharap Pascasarjana Unpas semakin maju, memiliki jaringan akademik yang luas, dan semakin diminati oleh masyarakat. Ini kampus kebanggaan Jawa Barat, dan saya yakin dampaknya akan semakin besar bagi Indonesia,” tambahnya.
Pascasarjana Unpas Terus Cetak Doktor Berkualitas
Dengan kelulusan Salman Alfarisi, Pascasarjana Unpas kembali menegaskan posisinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen mencetak doktor-doktor unggul di berbagai bidang sosial dan pembangunan daerah.
Melalui penelitian yang aplikatif dan berbasis solusi nyata, Unpas terus mendorong terciptanya inovasi kebijakan dan pengembangan sektor strategis yang memberi manfaat luas bagi masyarakat. (han)