www.pasjabar.com — Manchester United kembali menjadi sorotan setelah tumbang 0-1 dari Everton di Old Trafford pada laga Premier League, Selasa (25/11) dini hari WIB. Kekalahan ini terasa makin memalukan karena Everton harus bermain dengan 10 orang sejak menit ke-13, usai Idrissa Gueye diganjar kartu merah akibat insiden kontroversial—menampar rekannya sendiri, Michael Keane. Pelatih Manchester United, Ruben Amorim pun iri dengan semangat bertarung para pemain Everton.
Alih-alih goyah, The Toffees justru tampil lebih solid setelah insiden tersebut. Mereka mencetak gol kemenangan melalui tembakan keras Kiernan Dewsbury-Hall dan sukses bertahan disiplin sepanjang laga. Sementara itu, Manchester United yang menguasai 75 persen penguasaan bola justru gagal menciptakan peluang berkualitas.
Kemenangan ini sekaligus menjadi kemenangan pertama Everton di Old Trafford sejak 2013. Ironisnya, ini juga kemenangan tandang pertama David Moyes di Teater Impian sejak meninggalkan kursi manajer Manchester United.
Ruben Amorim Akui Setan Merah Pantas Kalah
Dalam konferensi pers usai pertandingan, Ruben Amorim tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Menurutnya, Manchester United bermain jauh dari standar tim papan atas Premier League.
“Mereka lebih baik saat masih 11 orang. Lalu mereka bekerja luar biasa dengan 10 pemain selama 70 menit. Kami memang pantas kalah,” ujar Amorim. “Kami tidak bermain baik. Intensitas kami tidak tepat. Kami belum berada di level yang diperlukan untuk bersaing di posisi atas.”
Amorim menambahkan bahwa ia mulai merasakan kekhawatiran yang sama seperti musim lalu, ketika United sering tampil inkonsisten. Meski begitu, ia menegaskan tetap berkomitmen memperbaiki tim.
“Saya tidak pergi ke mana-mana. Kami akan bekerja bersama. Besok kami mulai latihan lagi dan menyiapkan laga berikutnya.”
Semangat Everton Bikin Amorim Iri
Yang paling menarik dari pernyataan Amorim adalah pengakuannya bahwa ia justru iri terhadap semangat para pemain Everton. Ia menilai rasa frustrasi yang membuat Idrissa Gueye dan Michael Keane ‘berantem’ adalah bentuk determinasi yang justru ia ingin lihat pada pemain-pemain Manchester United.
“Berantem itu bukan hal buruk,” tegas Amorim. “Berantem bukan berarti saling benci. Itu menunjukkan Anda peduli. Jika kehilangan bola dan marah karena tim bisa kebobolan, itu reaksi yang wajar.”
Ia bahkan menyatakan tidak setuju dengan kartu merah Gueye.
“Kita boleh bertengkar dengan rekan sendiri. Saya tahu itu dianggap tindakan kekerasan, tetapi saya tidak setuju. Saya ingin pemain saya punya semangat seperti itu—bertengkar karena peduli. Bukan sampai kartu merah, tetapi bertengkar demi menang adalah perasaan yang baik.”
MU Harus Temukan Identitas
Kekalahan ini membuka kembali pertanyaan soal arah permainan Manchester United di bawah Amorim. Dominasi tanpa efektivitas, minim kreativitas, serta tidak adanya agresivitas membuat mereka tampak jauh dari identitas tim besar.
Amorim mengakui semua itu dan menuntut perubahan. United harus meningkatkan intensitas, keberanian, dan determinasi—bahkan jika itu berarti para pemain harus “berantem” secara sehat di lapangan.












