WWW.PASJABAR.COM – Tim gabungan terus melakukan upaya penanganan darurat bencana hidrometeorologi di Provinsi Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Berdasarkan data sementara per Senin (1/12/2025) pukul 17.00 WIB, total korban bencana meninggal dunia mencapai 604 jiwa, sementara 464 jiwa masih dinyatakan hilang.
Personel BNPB, TNI/Polri, Basarnas, kementerian/lembaga, dan pemerintah daerah terus bekerja mempercepat pencarian, pertolongan, penyaluran logistik, serta pembukaan akses wilayah terdampak.
Sumatra Utara: 283 Jiwa Meninggal, 173 Hilang
Di Sumatra Utara, jumlah korban meninggal dunia tercatat 283 jiwa setelah tim SAR kembali menemukan korban yang sebelumnya hilang.
Para korban tersebar di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Kota Padangsidimpuan, Deli Serdang, dan Nias. Sementara itu, 173 jiwa masih hilang.
Jumlah pengungsi mencapai puluhan ribu jiwa, di antaranya 15.765 jiwa di Tapanuli Utara, 2.111 jiwa di Tapanuli Tengah, 1.505 jiwa di Tapanuli Selatan, 4.456 jiwa di Kota Sibolga, 2.200 jiwa di Humbang Hasundutan, serta 7.194 jiwa di Mandailing Natal.
Upaya pembukaan akses terus dikebut. Jalur Tarutung–Padangsidimpuan mulai terbuka, disusul pembukaan akses Tarutung–Sibolga hingga mencapai Dusun Sibalanga Jae, Kecamatan Adiankoting, Tapanuli Utara.
Untuk logistik, pengiriman tahap pertama ke Kota Sibolga, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan telah 100% tersalurkan.
Sementara pengiriman ke Mandailing Natal, Kota Gunungsitoli, dan Nias Selatan masih terkendala akses darat dan dilakukan melalui udara menggunakan tiga helikopter BNPB dan TNI AD.
Pemerintah pusat juga menyalurkan bantuan. Presiden Prabowo mengirim 33 alat komunikasi, 33 genset, 14 LCR, 750 dus mi instan, dan 129 tenda ke wilayah terdampak.
Aceh: 156 Meninggal, 181 Hilang, Akses Hampir Terputus Total
Hingga Senin (1/12/2025) sore, Provinsi Aceh mencatat 156 jiwa meninggal dan 181 jiwa masih hilang, dengan sebaran korban di Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Tenggara, Aceh Utara, Aceh Timur, Lhokseumawe, Gayo Lues, Subulussalam, dan Nagan Raya.
Jumlah pengungsi mencapai 479.300 jiwa, tertinggi di Kabupaten Aceh Utara dengan 107.305 jiwa.
Sebagian besar jalur utama terputus total, termasuk perbatasan Sumatra–Aceh Tamiang, Gayo Lues–Aceh Tamiang, Bireuen–Takengon, dan Bener Meriah–Bireuen. Jalur Banda Aceh–Lhokseumawe pun masih lumpuh, meski terdapat jalur alternatif melalui Jembatan Gantung Awe Geutah.
Untuk menjaga komunikasi, BNPB mengaktifkan perangkat Starlink di sejumlah kabupaten/kota. Logistik dikirim menggunakan jalur laut melalui Kapal Express Bahari dari Pelabuhan Krueng Geukeuh ke Kuala Langsa. Distribusi udara juga menyasar wilayah terisolasi.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) digelar menggunakan pesawat Cessna 208B Caravan PK-SNP, melakukan tiga sorti dengan total bahan semai 1.000 kg NaCl dan 2.000 kg CaO.
Sumatra Barat: 165 Meninggal, 114 Hilang
Di Sumatra Barat, tercatat 165 jiwa meninggal dunia dan 114 jiwa hilang. Korban bencana tersebar di Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Pasaman, Solok, Kota Solok, dan Pesisir Selatan. Total pengungsi mencapai 122.683 jiwa atau 18.624 KK.
Bantuan logistik mulai disalurkan melalui jalur udara dan laut. BNPB bersama TNI dan Basarnas mengirim bantuan 4 ton logistik ke Kabupaten Solok, Agam, dan Pasaman Barat, berupa makanan kemasan, beras, air mineral, bahan baku makanan, kasur, dan obat-obatan.
Pengiriman laut juga dilakukan ke Nagari Sungai Batang, Kabupaten Agam, yang masih terisolasi. (*)












