WWW.PASJABAR.COM — Ruud van Nistelrooy mengungkapkan perasaan Erik ten Hag yang dipecat Manchester United. Van Nistelrooy kini ditunjuk sebagai pengganti Ten Hag sementara waktu. Dia sebelumnya menjabat sebagai asistennya Ten Hag.
MU mengumumkan pemecatan Ten Hag pada Senin (28/10/2024). Kekalahan dari West Ham United pada akhir pekan kemarin menjadi laga terakhir Ten Hag bersama The Red Devils.
Kekalahan tersebut membuat MU terpuruk di peringkat ke-14 klasemen Liga Inggris. Bruno Fernandes dkk. baru mengumpulkan 11 poin dari sembilan pertandingan.
“Saya sudah menemuinya di sini pada hari Senin dan saya sudah berbicara dengannya kemarin sebelum pertandingan (Leicester City). Jelas, (dia) sangat kecewa karena dia benar-benar peduli dengan klub,” kata Van Nistelrooy yang dikutip dari Standard.
“Saya juga katakan kemarin, dalam pembicaraan pertama yang kami lakukan agar saya kembali ke klub dengannya, saya benar-benar merasakan bahwa ia peduli dan mencintai klub ini serta ingin memajukan klub ini dan itulah mengapa kami terhubung.”
“Itulah sebabnya dia juga merasa sakit hati karena harus pergi, tetapi juga bangga atas prestasinya di sini dengan dua piala dan tentu saja sejarah yang ditinggalkannya,” Van Nistelrooy membeberkan.
Meski perjalanan MU banyak naik-turun, Ten Hag juga mempersembahkan trofi. Manajer asal Belanda itu membawa MU juara Carabao Cup 2022/2023 dan Piala FA 2023/2024.
Bermaksud Akhiri Dominasi City-Liverpool, Malah Dipecat Duluan
Erik ten Hag bermaksud mengakhiri dominasi Manchester City dan Liverpool di tanah Inggris saat menerima tawaran melatih Manchester United pada musim panas 2022 lalu. Dua tahun berlalu, justru ia yang lebih dulu didepak.
Hal itu diungkapkan oleh Ten Hag saat baru tiba di MU. City baru saja memenangi Premier League di tahun itu, sedangkan Liverpool memenangi Piala FA dan Carabao Cup serta menjadi runner-up Liga Champions dan Liga Inggris.
“Saya mengagumi keduanya, Manchester City dan Liverpool. Keduanya bermain sepak bola dengan fantastis. Namun, Anda akan melihat sebuah era berakhir,” ujar Ten Hag saat itu.
Ten Hag sadar ia tak bisa menyulap MU yang lama diterpa isu inkonsistensi menjadi tim super dalam waktu singkat. Namun sinyal yang muncul di awal eranya menunjukkan hal bagus.
Meski diterpa isu perselisihan dengan Cristiano Ronaldo, MU di musim pertama bersama Ten Hag sukses mencuri perhatian. Mereka finis tiga besar di Liga Inggris, lebih baik dari Liverpool yang terlempar ke Liga Europa. Carabao Cup juga sukses dimenangi.
Namun pada musim berikutnya, penyakit labil MU muncul lagi. Ditambah badai cedera yang terus menerus hadir, MU kesulitan menampilkan skuad terbaik di tiap laga. Performa mereka pun kacau balau.
Mulai dari tersingkir di fase grup Liga Champions, gagal mempertahankan gelar Carabao Cup, hingga finis kedelapan di Liga Inggris, catatan terburuk mereka dalam tiga dekade terakhir. Ten Hag nyaris dipecat.
Namun nasibnya terselamatkan berkat kemenangan di final Piala FA. Mengalahkan City 2-1, dengan Rodri sang pemenang Ballon d’Or 2024 hadir di lapangan, membuat manajemen menutup mulut di akhir musim.
Meski terungkap bahwa mereka sempat mencari pengganti Ten Hag, namun pada akhirnya pria Belanda itu tetap dipertahankan, bahkan diberi perpanjangan kontrak sampai 2026. Namun periode ‘bulan madu’ akhirnya usai.
Capaian buruk MU di musim ini membuat manajemen habis kesabaran. Kalah empat kali di Liga Inggris, tercecer di peringkat 14 dengan 11 poin, serta belum meraih kemenangan di Liga Europa membuat Si Setan Merah memecat Ten Hag.
Ironisnya, Ten Hag pergi saat City sedang memuncaki klasemen Liga Inggris musim ini, disusul Liverpool di urutan dua. Keduanya juga belum terkalahkan dalam tiga laga di Liga Champions. Era lama masih berlanjut.