BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Muhammad Fariz Alfarizy, yang akrab disapa Aiz, adalah mahasiswa semester V di Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas Pasundan yang memiliki bakat di dunia sastra dan kecintaan pada olahraga.
Fariz Alfarizy, terinspirasi dari motto hidup “Doa ibu seluas langit, jadi jangan takut untuk jatuh ke tanah,” Aiz terus melangkah tanpa ragu, menjadikan keluarga sebagai sumber kekuatan terbesar.
Sejak kecil, Aiz sudah jatuh cinta pada puisi, terutama sajak yang ia gunakan untuk menyalurkan ekspresi diri.
“Lewat sajak, saya menuangkan perasaan dan menghadirkan representasi hidup,” ujarnya.
Kecintaannya pada sastra ini menjadi dorongan untuk terus mengembangkan kemampuan menulis, dengan mimpi besar menjadi penulis yang dikenal.
Sebagai mahasiswa sastra, Aiz bermimpi untuk mengasah keterampilannya dan suatu hari menerbitkan karya tulisannya. Baginya, menekuni apa yang dicintai adalah bekal penting untuk membangun masa depan yang ia impikan.
“Terus belajar dan mengasah kemampuan menulis adalah langkah untuk mencapai mimpi itu,” kata Aiz penuh keyakinan.
Aiz telah meraih beberapa prestasi gemilang, seperti meraih posisi tiga besar dalam lomba Puisi Akrostik tingkat Provinsi dan mendapatkan penghargaan puisi terbaik se-pulau Belitung.
Selain itu, ia juga aktif dalam turnamen futsal, di mana ia telah meraih empat kali juara. Di dunia akademik, Aiz selalu berada di peringkat tiga besar sejak SMP hingga SMA, dan lulus sebagai peringkat pertama di jurusan Bahasa.
Filosofi Hidup dari Sosok Inspiratif
Dalam perjalanan hidupnya, Aiz terinspirasi oleh Nabi Muhammad saw. dan penyair Joko Pinurbo. Menurutnya, kedua tokoh ini mengajarkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, memberi Aiz perspektif untuk menjalani hidup yang seimbang dan penuh makna.
Kehilangan nenek yang merawatnya selama 17 tahun serta ayahnya pada tahun 2024 membuat Aiz sangat menghargai keluarganya, terutama ibunya.
Bagi Aiz, doa dan restu ibu adalah bekal terpenting dalam hidup. Ia menjadikan ibunya sebagai panutan yang selalu ia bandingkan dengan setiap sosok wanita yang ia temui.
“Hidup bukan hanya untuk dipertanyakan, tapi untuk dijalani dengan sepenuh hati,” ungkap Aiz. Baginya, hidup yang bermakna adalah menjalani setiap langkah dengan kebahagiaan dan tidak membiarkan diri terjebak oleh keraguan. (*/tiwi)