Oleh: U Wawan Sam Adinata, Dosen STIE Pasundan (Negara Gagal)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Ketika Dunia masih anteng menyaksikan perang Rusia vs Ukraina, dan keprihatinan mendalam atas matinya kemanusiaan di abad kegelapan ‘’genosida bangsa palestina oleh zionis” dunia dikejutkan oleh Runtuhnya Rezim Suriah Bashar Al-Assad pada 8 Desember oleh milisi Suriah, sebuah kejadian yang merubah peta dan eskalasi di timur tengah.
Yang menarik bagi penulis bukan teori konspirasinya, tapi bagaimana proses penggulingan kekuasaan berjalan dengan sangat cepat tanpa perlawanan, bagaimana asing bermain sangat vulgar di suriah, bahkan membiarkan suriah menjadi medan tempur asing oleh warganya. Sebuah Negara yang menyedihkan, dan begitu rapuhnya semangat kebangsaan, seperti Negara yang baru kemarin sore lahir.
Sebetulnya Suriah punya banyak waktu untuk rekonsiliasi secara internal, dan membatasi ruang gerak ásing’di atas kepentingan nasionalnya, suriah tidak belajar pada libya, Irak, Afghanistan tentang keruntuhan pemerintahan karena ‘’ operasi asing’ yang memanfaatkan konflik internalnya.
Negara-Negara yang bermain di suriah karena kepentinganya sangat jelas terlihat (seperti ikan di Aquarium), kenapa di biarkan? Bahkan mungkin kunci di buka selebar lebarnya agar masuk dan memperilahkan bertempur di negaranya, karena lemahnya pondasi bernegara, nasionalisme serta sejarah konflik tanpa ‘perdamaian’ yang semakin meruncing dan saling melumpuhkan sehingga ikatan kebersamaan sebagai warga bangsa suriah porak poranda.
Suriah sebetulnya bisa melihat dengan sangat jelas, bagaimana Muamar Khadafi di gulingkan sari singasana kekuasaanya oleh konspirasi yang sama, pola dan metodenya juga tidak jauh berbeda.
Sebagai catatan ringan ada 4 kelompok warga negara Libya ketika negaranya di ekaspansi.
- kelompok pertama, kelas menengah berduit, mereka memilih untuk kabur atau pergi ke nagara lain, baik sebagai wisatawan atau suaka.
- kelompok ke dua adalah kelas apatis yang memntingkan diri sendiri dan tidak tertanam rasa mencintai terhadap negaranya, Mereka cuek dengan dunianya alias tidak peduli, mereka menghabiskan waktunya di rumah, bunker, hidup seperti tidak terjadi apa apa, seperti main games, hura hura dsb karena menggangap bukan perangnya, tapi perang kepentingan saja, gagal paham
- kelompok ketiga, mereka berperang dan mengangkat senjata melakukan perlawanan, tapi tanpa dukungan rayta dan warga Negara tentu lemah, mereka berperang tapi lehih pada loyalis rejim Muamar khadafi, kalah senjata, kalah Mental walau dinegri sendiri
- kelompok 4, kelompok ini mungkin memanfaatkan situasi karena sakit hati atau agenda politik, kenapa karena kelompok ini malah ikut memerangi dan membantu asing, ini menambah parah mentalitas warga, karena mereka melihatnya sebagai perang saudara, yang berperang hanya kepentingan saja.
Empat fenomena tersebut bisa menjadi pelajaran bagi suriah atau Negara manapun di dunia pentingnya Nasionalisme. Bagaimana nasionalisme di rawat. Di pupuk secara terus menerus agar ruang ruang perpecahan bisa di antisipasi, agar Negaranya tidak di jadikan medan tempur Negara lain, apalagi di era sekarang sebuah era batas batas informasi sangat samar, dan kejelasan informasi sangat sulit dan mahal.
Negara Gagal
Dalam terminologi kekinian, Suriah, Libya dan Negara arab lainya yang pemerintahan terguling karena konflik internal yang memperihatinkan karena tertanam luka panjang antar paksi dan suku, maka Negara tersebut dianggap sebagai Negara gagal.
Wacana Negara Gagal tidak pernah hilang dari pembicaraan selama organisasi yang namanya ‘Negara” itu ada. Menurut berbagai sumber, Negara mulai ada sekitar 6.500 SM, ketika manusia mulai menetap dan mengembangkan wilayahnya. Peradaban yang terbentuk dari kebiasaan hidup berkelompok inilah yang kemudian membentuk negara.
Teori Negara modern, secara geopolitik Negara dapat dipandang sebagai organisme hidup. Seperti yang dikemukakan dalam teori geopolitik dimana Negara bisa lahir, berkembang atau mati, Friedrich Ratzel dan Rudolf Kjellen
Teori geopolitik Friedrich Ratzel Negara adalah organisme ruang (spatial organism) yang tumbuh seperti organisme hidup. Pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensruum) yang cukup. Sedangkan Rudolf Kjellen Negara adalah organisme biologis yang memiliki kekuatan intelektual. Negara merupakan suatu sistem politik yang mencakup bidang-bidang geopolitik, ekonomi politik, Demopolitik dan kratopolitik.
Kembali ketulisan awal tentang Negara gagal, yang disebut negara gagal (fail state) adalah negara yang nyata. Hanya saja mereka gagal hadir untuk rakyatnya, gagal dalam menciptakan suatu pemerintahan yang berdaulat. Negara gagal adalah negara yang dianggap gagal memenuhi persyaratan dan tanggung jawab dasar suatu pemerintahan berdaulat. Tidak ada kesepakatan umum tentang definisi negara gagal (Wikipedia)
Sekali lagi untuk terhindar menjadi Negara gegal ternyata bukan hanya tanggung jawab penyelanggara Negara. Tapi seluruh komponen, sesuai dengan Cita Cita kelahiran sebuah Negara, sebagai catatan,
Kalau Negara Kuat, Rakyat Lemah = akan menjadi Negara Otoriter
Rakyat Kuat. Negara Lemah = Chaos atau mungkin hukum Rimba
Negara Lemah, Rakyat Lemah = Negara gagal
Negara Kuat, Rakyat Kuat = Negara maju dan kuat (han)