BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Tujuh mahasiswa Prodi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan (FISS Unpas) menggelar pertunjukan seni Culdesac dengan tema Break The Chains, di Gedung Majestic, Jalan Braga Kota Bandung, Sabtu (8/2/2025) malam.
Tujuh mahasiswa FISS tersebut menampilkan berbagai karya seni yang merupakan salah satu bagian dari ujian akhir skripsi, selain sidang komprehensif di FISS Unpas.
Ketujuh mahasiswa FISS itu yakni Hans dengan karyanya Chillhood Dream, Arga dengan karya Relung, Fachriel dengan karya Diversum, Samuel dengan karyanya Bettelefield, Shieva dengan karya Summary, Sabry dengan karya Manglayang dan Khairul dengan karyanya Bisikan Bulan.
Ketujuh mahasiswa FISS tersebut menampilkan hasil karya mereka dengan berbagai aransemen alat musik yang digabungkan dengan keahlian yang mereka dalami di FISS Unpas.
Kordinator Tugas Akhir yang juga dosen di FISS, Robi Russian menyebukan,pertunjukan tersebut merupakan bagian dari ujian tugas akhir untuk mahasiswa Prodi Seni Musik Unpas FISS.
“Ini merupakan salah satu tahapan yang harus dicapai oleh mahasiswa sebelum sidang akhir, biasanya ada beberapa peminatan, dengan pertunjukan hari ini, teman-teman mahasiswa akan konser dan Senin ini (10/2/2025) mereka akan sidang skripsi,” jelas Robi.
Ia menyebutkan untuk semester ini ada tujuh orang dengan beda-beda keahlian, segementasi komposisi dan aransemen dalam pertunjukannya.
“Harapan kedepan, tentu semakin kreatif dan mudah-mudah mereka akan menjadi sarjana seni yang semakin kreatif, walapun kita tahu ini adalah tahapan awal sebelum mereka terjun ke masyarakat,” harapnya.
Untuk tema sendiri FISS memilih tema Culdesac yang artinya kebuntuan namun dengan tema kecil yakni Break The Chains.
“Yaitu bagaimana memecah kebuntuan itu dengan berbagai cara dan salah satunya yaitu dengan pertunjukan ini,” ujarnya.
Karya Mahasiswa
Sementara itu, salah satu mahasiswa Sabry Soni Jaya Sumardi yang mempertunjukan karyanya berjudul Manglayang yakni memadukan seni tradisional dengan modern.
“Persiapan untuk pertunjukan dan karya seni ini sekitar enam bulan, dari mulai mengajukan sidang judul sampai aransemen dan prosesnya. Dan setelah semua proses itu saya menganggap karya saya ini Manglayang layak dipertunjukan,” ujarnya usai pertunjukan.
Ia mengatakan, Manglayang berkonsep memadukan musik tradisional dengan musik barat, dengan disuguhkan intrumentasi gamelan dengan combo band.
“Manglayang sendiri saya ambil dari gunung di daerah tempat tinggal saya, yakni Ujungberung, dan saya memang sangat suka dengan gunung. Dari sana music saya terinspirasi dengan kemegahan gunung Manglayang yang saya terjemahkan dalam bentuk music saya yang dinamis,” paparnya.
Ia berharap dari karyanya itu ia bisa mengajak generasi muda untuk mencintai tradisi dan kesenian tradisonal sebagai identitas diri.
“Tentunya dengan kemasan yang lebih inovatif dan kreatif dengan menggabungkan seni trasional dengan modern,” katanya. (tie)