![](https://pasjabar.com/wp-content/uploads/2025/02/WhatsApp-Image-2025-02-13-at-09.01.47_6a3b6e2e-225x300.jpg)
Oleh: Dhea Perdana Coenraad, Dosen STIE Pasundan (Manusia Digital)
BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia modern saat ini, bahkan dapat dikatakan setiap hari, dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali, manusia saat ini selalu bersentuhan dengan teknologi. Hal ini tentunya berdampak besar pada perilaku manusia itu sendiri. Kejadian luar biasa yang terjadi di awal tahun 2020 di Indonesia, yaitu pandemi Covid-19, ternyata berdampak besar dan memberikan perubahan ekstrem pada kehidupan manusia. Seolah-olah semua manusia di muka bumi ini harus siap dengan perubahan besar dan ekstrem dalam menjalankan kehidupannya, di mana manusia dituntut untuk mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan pola kehidupan dan teknologi yang serba digital saat ini.
Namun, di balik perubahan dahsyat itu, menyiratkan suatu kondisi yang kurang ideal dalam kehidupan manusia, khususnya yang terjadi di Negara Republik Indonesia dewasa ini. Entah karena kesiapan dalam beradaptasi dengan teknologi yang kurang berjalan dengan baik atau karena sistem pendidikan kita yang justru gagal dalam memberikan dukungan kepada para generasi muda untuk mampu beradaptasi pada teknologi baru dengan baik dan mampu memanfaatkan perubahan dan perkembangan teknologi secara positif. Faktanya, generasi muda saat ini dapat kita saksikan seolah-olah berubah menjadi Manusia Digital, yang dalam aktivitas kehidupannya tidak dapat dipisahkan dengan gadget-nya, terutama handphone (HP). HP seolah-olah menjadi dewa dalam kehidupan manusia di era modern saat ini, terutama bagi para generasi muda.
Aktivitas dalam Ponsel Pintar
Beragam aktivitas dapat dilakukan hanya dengan bantuan ponsel pintar yang mereka miliki, namun pada kenyataannya mereka malah menjadi budak dari teknologi itu sendiri. Banyak generasi muda, khususnya anak-anak, tidak mampu lepas dari HP hingga kecanduan yang pada akhirnya membuat anak malas sekolah, malas belajar, dan bersosialisasi sehingga menjadi anak yang asyik dengan dunianya sendiri. Belum lagi beragam kasus cyber bullying yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa penggunaan media sosial di masyarakat masih belum sepenuhnya berdampak positif, bahkan cenderung lebih banyak ke arah sisi yang negatif.
Begitu pun dengan para mahasiswa yang memanfaatkan perkembangan teknologi ini dengan cara-cara yang kurang bijak, seperti plagiarisme, pemanfaatan AI yang salah sasaran dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah hingga tugas akhirnya. Banyak para akademisi yang melakukan tridharma perguruan tinggi. Namun karyanya bukan hasil orisinal, melainkan dari perbantuan AI tanpa modifikasi dan pemikiran sendiri di dalamnya. Selain itu, angka kejahatan siber pun melesat dengan angka yang luar biasa. Jumlah kasus kejahatan siber tahun 2023, yaitu penipuan 1.414 kasus, pencemaran nama baik 838 kasus, pornografi 457 kasus, akses ilegal 353 kasus, dan perjudian 250 kasus (Mabes Polri).
Kondisi ini tentunya tidak dapat terus dibiarkan dan memerlukan suatu solusi bersama serta keterlibatan semua pihak. Untuk dapat menghentikan sumber daya manusia Indonesia berubah menjadi Manusia Digital. Beragam solusi sebenarnya dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini agar pemanfaatan teknologi dapat berdampak lebih positif di berbagai bidang. Namun, hal ini tentunya harus didukung oleh semua aspek dan kalangan. Di antaranya peran serta pemerintah sebagai otoritas tertinggi dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara.
Pemanfaatan Teknologi
Pemerintah perlu memiliki suatu program jangka panjang dalam pemberian edukasi terkait pemanfaatan dan penggunaan teknologi yang sesuai. Kepada masyarakat secara luas, baik yang berada di kota maupun di daerah. Edukasi tersebut harus dapat memberikan pemahaman yang kuat akan penggunaan dan pemanfaatan teknologi yang positif. Sehingga nantinya masyarakat benar-benar mampu memanfaatkan teknologi ini ke arah penggunaan yang ideal. Selain itu, para orang tua pun dapat memahami penggunaan teknologi. Dan mampu memberikan pengawasan kepada anak-anaknya dari penggunaan teknologi yang negatif.
Selain itu, dunia pendidikan perlu membangun kurikulum. Yang mampu memberikan pemetaan dan roadmap pemanfaatan IT dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Sehingga dari mulai SD hingga PT, pendidikan IT diberikan sesuai dengan porsinya serta sesuai dengan pemanfaatannya berdasarkan kebutuhan dan usianya.
Begitu pun dengan kehidupan sosial masyarakat, diperlukan edukasi mendalam yang melibatkan beragam institusi. Agar pemanfaatan IT ini benar-benar dapat dirasakan berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Sebut saja penggunaan uang digital, pembayaran secara online, e-commerce, penggunaan media sosial, dan aktivitas sosial lainnya yang melibatkan pemanfaatan IT. Diperlukan edukasi yang lebih mendalam yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah dan dukungan dari pihak lain. Seperti swasta, institusi pemerintahan, dan lembaga swadaya masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif memberikan edukasi. Agar manusia Indonesia dapat menjadi manusia modern yang maju dan mampu beradaptasi serta memanfaatkan IT untuk kemajuan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, sudah saatnya manusia Indonesia tidak lagi menjadi Manusia Digital yang menjadi budak teknologi. Namun sebaliknya menjadi manusia modern yang mampu menjadikan teknologi sebagai salah satu alat bantu. Untuk menjalankan aktivitas kehidupannya secara lebih produktif, efektif, dan efisien dalam berbagai bidang. Sehingga mampu berkembang menjadi negara yang besar dan tangguh yang dapat bersaing dengan berbagai bangsa besar di dunia internasional. (han)