BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Kota Bandung, yang kini menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak era kolonial Belanda. Pada 1742, seorang serdadu berpangkat kopral dibuang dari Batavia ke wilayah yang kini dikenal sebagai Bandung.
Tak lama kemudian, dua warga Eropa kakak beradik, Ronde dan Jan Geysbergen, turut menetap di sana merngikuti jejak sang serdadu buangan. Mereka membuka lahan hutan dan mengembangkan bisnis kayu gelondongan, yang saat itu menjadi komoditas utama. Keberhasilan usaha mereka menyebabkan Bandung dijuluki Paradise in Exile (Surga yang Terbuang).
Pada masa itu, akses menuju Bandung masih sulit. Wilayahnya didominasi oleh rawa-rawa yang merupakan sisa endapan Danau Purba Bandung. Namun, kedatangan VOC membawa perubahan signifikan dengan berbagai proyek pembangunan, termasuk infrastruktur jalan.
Peran Daendels dan Pemindahan Pusat Kota Bandung
Salah satu tokoh penting dalam sejarah Bandung adalah Gubernur Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, yang menjabat pada 1808—1811. Ia mencanangkan pembangunan Jalan Raya Pos, yang membentang dari Anyer hingga Panarukan sepanjang sekitar 1.000 kilometer. Jalan ini bertujuan untuk memperlancar pergerakan pasukan Belanda guna menghadapi ancaman Inggris.
Namun, jalan ini tidak melewati pusat kota Bandung yang saat itu berada di Krapyak (Citeureup). Oleh karena itu, pada 25 Mei 1810, Daendels mengeluarkan instruksi resmi agar pusat kota dipindahkan ke daerah Cikapundung agar lebih mudah diakses. Instruksi ini dikirim kepada Bupati Bandung, R.A. Wiranatakusumah II, yang kemudian memulai pembangunan wilayah baru di lokasi yang sekarang menjadi pusat Kota Bandung.
Bandung Menjadi Kota Mandiri dan Berkembang Pesat
Setelah pusat pemerintahan Kabupaten Bandung resmi dipindahkan ke lokasi baru, perkembangan kota ini meningkat pesat. Di bawah kepemimpinan Bupati R.A. Wiranatakusumah IV (1864—1874), jumlah penduduk semakin bertambah, termasuk para migran dari Eropa. Infrastruktur perkotaan seperti jalan, kantor pemerintahan, dan perumahan mulai dibangun.
Pada 1864, pusat Karesidenan Priangan yang semula berada di Cianjur juga dipindahkan ke Bandung, semakin memperkuat posisinya sebagai pusat administrasi dan ekonomi di wilayah Priangan. Kemajuan ini berpuncak pada tahun 1906, ketika Bandung secara resmi menjadi gemeente (kota otonom) berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal J.B. van Heutz.
Meskipun sebelumnya 1 April 1906 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung, setelah berbagai kajian sejarah, akhirnya diputuskan bahwa 25 September 1810 adalah tanggal resmi berdirinya Kota Bandung. Sejak itu, Bandung terus berkembang menjadi kota besar yang dikenal dengan keindahan alam dan warisan budayanya.