BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM–Di era digital yang serba cepat, peran pemimpin muda semakin dibutuhkan. Duta Genre Kota Bandung, M. Yusriezal Nurhadyana (Izal) dan Moch. Zidan Maulana Yusuf (Zidan), berbagi pandangan mengenai bagaimana anak muda bisa menjadi pemimpin yang adaptif dan visioner di tengah perkembangan teknologi.
Menurut mereka kepemimpinan bukan hanya tentang jabatan, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mampu mengendalikan diri dan memberikan dampak positif.
Zidan menegaskan bahwa tantangan bagi pemimpin di era digital sangat berbeda dari generasi sebelumnya.
“Sekarang sudah masuk era digitalisasi, pemimpin juga harus bisa beradaptasi, harus bisa memanfaatkan teknologi untuk membawa perubahan positif,” ujarnya.
Senada dengan itu, Izal menambahkan bahwa kepemimpinan dimulai dari diri sendiri.
“Minimal, kita punya kontrol atas diri kita sendiri, bagaimana bersikap, bagaimana mengambil keputusan, dan bagaimana tetap bijak di era digital yang penuh distraksi ini.”
Keduanya juga menekankan pentingnya growth mindset dalam membentuk karakter seorang pemimpin.
“Kalau mindset masih stuck di zona nyaman, gak mau berkembang, ya bakalan susah buat maju,” kata Izal.
Zidan menambahkan, “Kita perlu terus belajar, terbuka sama perubahan, dan yang paling penting, melakukan aksi nyata.”
Banyak anak muda yang sebenarnya memiliki potensi besar, tetapi terjebak dalam pola pikir yang membatasi diri.
“Kadang, mereka terlalu takut mencoba hal baru, merasa gak cukup bagus, atau malah terlalu nyaman dengan rutinitas yang ada,” kata Zidan.
Selain itu, kurangnya aksi nyata juga menjadi masalah. “Banyak yang sudah punya ide atau rencana, tapi gak berani eksekusi. Akhirnya cuma jadi angan-angan,” lanjut Izal.
Solusi yang mereka tawarkan adalah memulai dari langkah kecil.
“Gak perlu langsung besar, yang penting mulai aja dulu. Kalau selama ini sering bermalas-malasan, coba ubah kebiasaan kecil seperti lebih disiplin, lebih banyak belajar, atau mulai aktif di komunitas,” sarannya.
Izal dan Zidan juga mengungkapkan pentingnya membangun lingkungan yang positif. Bergabung dengan komunitas dapat membantu anak muda lebih berkembang, menemukan passion, dan meningkatkan produktivitas.
Zidan aktif di komunitas Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R), sementara Izal mengikuti komunitas Bahas (Bahasa dan Sastra). Keduanya merasakan manfaat besar dari keterlibatan mereka dalam komunitas tersebut.
Menutup diskusi, Izal dan Zidan mengingatkan bahwa kepemimpinan di era digital bukan hanya tentang menjadi trendsetter atau memiliki banyak pengikut di media sosial.
“Yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa memberikan dampak positif, baik secara langsung maupun lewat platform digital,” ujar Izal.
“Kalau punya media sosial, manfaatkan dengan baik. Jangan cuma buat scroll tanpa tujuan, tapi gunakan juga buat berbagi hal-hal yang bermanfaat,” tambah Zidan.
Dengan pesan ini, diharapkan semakin banyak anak muda yang berani keluar dari zona nyaman, memulai dari hal kecil, dan terus berkembang. Karena sejatinya, setiap orang adalah pemimpin, minimal bagi dirinya sendiri. (tiwi)