BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) resmi menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Puanhayati Jawa Barat dalam sebuah acara yang berlangsung di Gedung FISIP Unpar pada Jumat, (21/2/2025).
Penandatanganan ini menjadi langkah awal kerja sama dalam program pemberdayaan perempuan penghayat kepercayaan di Jawa Barat.
MoU ini ditandatangani oleh Dekan FISIP Unpar, Dr. Orpha Jane, S.Sos., MM., sebagai pihak pertama, dan Wakil Ketua Puanhayati Jabar, Wanti Astuti, sebagai pihak kedua.
Acara tersebut juga dirangkaikan dengan workshop design thinking yang bertujuan menggali akar permasalahan yang dihadapi perempuan penghayat dalam sektor pertanian serta mencari solusi yang dibutuhkan.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Center of Public Policy and Management Studies (CPMS) Unpar yang diketuai oleh Tutik Rachmawati, Ph.D. Para peserta yang hadir berasal dari komunitas perempuan penghayat di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Ketua Puanhayati Jabar sekaligus bagian dari tim riset Unpar, Rela Susanti, acara ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat dari Unpar sebagai institusi pendidikan.
“Kami ingin memberikan dampak positif bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya dalam program pemberdayaan perempuan penghayat kepercayaan,” ujarnya.
Menjawab Tantangan Perubahan Iklim
Isu utama yang diangkat dalam workshop adalah permasalahan yang dihadapi para petani perempuan penghayat akibat perubahan iklim. Para peserta sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena dirancang berbasis kebutuhan mereka.
“Perubahan iklim berdampak besar pada sektor pertanian, dan kami ingin membantu mencari solusi yang nyata bagi mereka,” tambah Rela.
Diharapkan kerja sama antara Unpar dan Puanhayati Jabar ini dapat memberikan dampak positif bagi komunitas perempuan penghayat kepercayaan. Ke depan, program pengabdian masyarakat Unpar akan dilanjutkan dengan berbagai pelatihan yang dirancang sebagai solusi atas permasalahan pertanian akibat perubahan iklim.
“Kami telah merancang lima kali pertemuan lanjutan yang akan diisi dengan pelatihan dan diskusi untuk memastikan program ini benar-benar memberikan manfaat yang berkelanjutan,” jelas Rela.
Dengan adanya kolaborasi ini, diharapkan semakin banyak komunitas perempuan yang mendapatkan dukungan dan solusi atas permasalahan yang mereka hadapi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan mereka dalam menghadapi tantangan lingkungan dan sosial. (tiwi)