CLOSE ADS
CLOSE ADS
PASJABAR
Senin, 17 November 2025
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI
No Result
View All Result
PASJABAR
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home PASKESEHATAN

Waspada AMS dan Hipotermia saat Mendaki Gunung Tinggi

pri
4 Maret 2025
Waspada AMS dan Hipotermia saat Mendaki Gunung Tinggi

ilutrasi camping di gunung salju. foto: freepik.com

Share on FacebookShare on Twitter
ADVERTISEMENT

WWW.PASJABAR.COM — Pendakian ke gunung tinggi menawarkan keindahan luar biasa, tetapi juga menyimpan risiko kesehatan yang serius, salah satunya adalah Acute Mountain Sickness (AMS).

AMS terjadi akibat berkurangnya kadar oksigen di ketinggian, biasanya di atas 2.500 meter dari permukaan laut.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Faisal Parlindungan, menjelaskan bahwa tubuh yang belum terbiasa dengan kondisi ini dapat mengalami berbagai gejala, seperti sakit kepala, mual, muntah, kehilangan nafsu makan, kelelahan, susah tidur, hingga rasa melayang.

“Tubuh tidak terbiasa dengan kadar oksigen rendah, sehingga muncul gejala seperti sakit kepala dan mual. Kondisi ini disebut juga sebagai altitude sickness,” jelasnya.

Untuk mencegah AMS, pendaki disarankan melakukan aklimatisasi secara bertahap. Aklimatisasi bertujuan untuk membiarkan tubuh beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang memiliki kadar oksigen lebih rendah.

Baca juga:   Kopi yang Aman Agar Bebas dari Penyakit Maag

Selain itu, memperbanyak konsumsi cairan dan menghindari minuman beralkohol juga dapat membantu mencegah kondisi ini.

Jika pendaki mengalami gejala AMS, disarankan segera turun ke ketinggian yang lebih rendah, beristirahat, dan menghindari aktivitas fisik berlebihan.

Bahaya Hipotermia dalam Pendakian

Selain AMS, hipotermia juga menjadi ancaman serius saat mendaki gunung tinggi.

Hipotermia terjadi ketika suhu tubuh turun di bawah 35 derajat Celsius akibat paparan dingin yang ekstrem dalam waktu lama.

“Hipotermia terjadi akibat paparan suhu dingin dalam waktu lama, menyebabkan suhu tubuh turun drastis dan mengganggu fungsi organ vital,” ungkap dr. Faisal.

Gejala utama hipotermia meliputi tubuh menggigil hebat, kulit pucat dan dingin, bicara kacau, kebingungan, tidak responsif, serta denyut jantung dan pernapasan yang melambat.

Baca juga:   Sesuaikan Penggunaan Masker Agar Efektif Cegah Covid 19

Kondisi ini dapat berakibat fatal jika tidak segera ditangani dengan baik.

Untuk menghindari hipotermia, pendaki harus mengenakan pakaian berlapis yang mampu menahan suhu dingin, seperti jaket berbahan thermal dan pakaian dalam berbahan wol.

Selain itu, menghindari kondisi basah, baik akibat hujan maupun keringat berlebih, juga menjadi langkah penting untuk mencegah hipotermia.

Langkah Pencegahan dan Penanganan

Mengingat bahaya AMS dan hipotermia, setiap pendaki harus melakukan persiapan matang sebelum mendaki gunung tinggi. Berikut beberapa langkah pencegahan yang disarankan:

  1. Aklimatisasi – Naik secara bertahap untuk memberi waktu tubuh beradaptasi dengan kadar oksigen yang lebih rendah.
  2. Pakaian yang Tepat – Gunakan pakaian berlapis yang sesuai dengan suhu ekstrem di pegunungan.
  3. Konsumsi Cairan yang Cukup – Dehidrasi dapat memperparah gejala AMS, jadi pastikan asupan cairan tercukupi.
  4. Kenali Gejala Dini – Jika merasakan gejala AMS atau hipotermia, segera ambil tindakan pencegahan, seperti beristirahat atau turun ke ketinggian yang lebih rendah.
  5. Hindari Minuman Beralkohol – Alkohol dapat memperburuk kondisi AMS dan menyebabkan hilangnya panas tubuh lebih cepat.
  6. Gunakan Peralatan Pendakian yang Memadai – Sleeping bag berkualitas, jaket tahan angin, dan sepatu anti-air sangat penting untuk menghadapi kondisi ekstrem di gunung tinggi.
Baca juga:   FGD Bersama Media untuk Tuntaskan Stunting di Kota Bandung

Dengan persiapan yang matang dan kesadaran terhadap bahaya AMS serta hipotermia, pendaki dapat menikmati perjalanan mereka dengan lebih aman dan nyaman.

Mendaki gunung bukan hanya tentang menaklukkan puncak, tetapi juga tentang bertahan dan kembali dengan selamat.

Print Friendly, PDF & Email
Editor:
Tags: Acute Mountain SicknessAMSHipotermia


Related Posts

No Content Available

Categories

  • CAHAYA PASUNDAN
  • HEADLINE
  • PASBANDUNG
  • PASBISNIS
  • PASBUDAYA
  • PASDUNIA
  • PASFINANSIAL
  • PASGALERI
  • PASHIBURAN
  • PASJABAR
  • PASKESEHATAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASOLAHRAGA
  • PASPENDIDIKAN
  • PASTV
  • PASVIRAL
  • RUANG OPINI
  • TOKOH
  • Uncategorized
No Result
View All Result

Trending

kiwi
HEADLINE

Studi: Buah Kiwi dan Magnesium Oksida Efektif Atasi Sembelit

17 November 2025

WWW.PASJABAR.COM - Sebuah studi terbaru dari King’s College London mengungkapkan bahwa buah kiwi memiliki manfaat signifikan dalam...

cuti bersama 2026

Deretan Long Weekend dan Cuti Bersama 2026 yang Resmi Ditetapkan

17 November 2025
Operasi Patuh Lodaya 2025

Operasi Patuh Lodaya 2025 Dimulai, Banyak Pengendara Terjaring Razia

17 November 2025
Happy Plus resmi diluncurkan di Cimahi sebagai gerakan kolaborasi anak muda untuk meningkatkan indeks kebahagiaan kota. Hadirkan program Masak Happy, Konser Kesetaraan, hingga aksi sosial lintas wilayah. (Uby/pasjabar)

Happy Plus Resmi Diluncurkan! Gerakan Anak Muda Cimahi yang Siap Ubah Kota Lewat Kolaborasi Besar-Besaran

17 November 2025
Jalan Cililin Amblas

Hujan Deras Sebabkan Jalan di Cililin Amblas dan Rusak Parah

17 November 2025

Highlights

Happy Plus Resmi Diluncurkan! Gerakan Anak Muda Cimahi yang Siap Ubah Kota Lewat Kolaborasi Besar-Besaran

Hujan Deras Sebabkan Jalan di Cililin Amblas dan Rusak Parah

Festival Cireundeu 2025 Pecahkan Antusiasme Warga! Tradisi Sakral & Ketahanan Pangan Lokal Jadi Sorotan Nasional

Temu Sejarah #92 Angkat Kisah Poncke Princen: Tentara Belanda yang Membelot Demi Indonesia

KamSara #19 Bedah Antologi “Perempuan yang Menulis”: Menyelami Inner Child sebagai Ruang Rekonsiliasi Lewat Sastra

Deri Juniar: Berproses dengan Berani, Bergerak dengan Peduli

PASJABAR

© 2018 www.pasjabar.com

Navigate Site

  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Alamat Redaksi & Iklan

Follow Us

No Result
View All Result
  • PASJABAR
  • PASBANDUNG
  • PASPENDIDIKAN
  • PASKREATIF
  • PASNUSANTARA
  • PASBISNIS
  • PASHIBURAN
  • PASOLAHRAGA
  • CAHAYA PASUNDAN
  • RUANG OPINI

© 2018 www.pasjabar.com

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.