BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Sebanyak 49 Direktur Politeknik Negeri bertemu dengan perwakilan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) membahas wacana Politeknik University.
Seperti dikutip dari laman https://kemdiktisaintek.go.id/, Senin (17/3/2025) disebutkan agenda utama yang dibahas adalah transformasi kelembagaan politeknik guna meningkatkan daya saing dan relevansi pendidikan vokasi di Indonesia.
Politeknik University: Solusi Baru untuk Pendidikan Vokasi
Salah satu gagasan yang mencuat dalam diskusi tersebut adalah pembentukan Politeknik University, sebuah konsep baru yang diusulkan untuk merefleksikan perkembangan dan kebutuhan pendidikan vokasi di Indonesia.
Beberapa politeknik saat ini sudah menyelenggarakan program pendidikan setara sarjana hingga doktoral, seperti Politeknik Negeri Bali (PNB) dan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS).
“Secara substansi, kegiatan akademik di politeknik sudah memenuhi standar Politeknik University. Namun, secara administratif, regulasi yang ada belum mendukung perubahan ini,” ujar Mohammad Nurdin, mantan Direktur Politeknik Manufaktur Bandung.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Khairul Munadi, menyambut baik usulan ini, tetapi menegaskan perlunya kajian lebih mendalam terkait regulasi dan dampaknya.
“Kita perlu melihat apakah konsep ini sesuai dengan kebutuhan ekosistem pendidikan tinggi Indonesia. Jangan sampai terburu-buru tanpa perencanaan matang,” ungkapnya.
Transformasi Politeknik Menuju Otonomi dan Inovasi
Selain perubahan nomenklatur, diskusi juga membahas transformasi status kelembagaan politeknik, dari Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dan selanjutnya menuju Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).
Perubahan ini diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas akademik, pengembangan sumber daya manusia, serta kemandirian keuangan politeknik.
“Otonomi ini bukan berarti pemerintah lepas tangan, tetapi memberikan ruang bagi politeknik untuk lebih inovatif dalam mendukung industri dan masyarakat,” jelas Khairul.
Selain itu, dibahas pula pendirian Center of Excellence di setiap politeknik guna mendukung riset terapan yang lebih aplikatif bagi industri.
Model ini mengadopsi konsep Pusat Unggulan Teknologi (PUT) yang selama ini telah diterapkan dalam politeknik vokasi.
Meningkatkan Daya Tarik Pendidikan Vokasi
Selain perubahan struktural, pemerintah juga menyoroti perlunya rebranding pendidikan vokasi agar semakin diminati generasi muda.
“Banyak calon mahasiswa yang lebih memilih universitas tanpa mempertimbangkan bahwa pendidikan vokasi sebenarnya lebih sesuai dengan minat dan bakat mereka. Oleh karena itu, strategi komunikasi dan promosi perlu diperkuat,” tambah Khairul.
Sebagai langkah konkret, forum diskusi ini sepakat membentuk Tim Percepatan Transformasi Politeknik, yang bertugas merumuskan strategi implementasi dan regulasi guna mempercepat perubahan ini.
Dengan demikian, politeknik di Indonesia diharapkan mampu bersaing secara global dan lebih berkontribusi dalam pembangunan nasional. (*/tie)