BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas) kembali melahirkan doktor baru.
Shofwan Hendryawan resmi meraih gelar Doktor Ilmu Sosial usai menjalani Sidang Promosi Doktor yang digelar pada Rabu (18/6/2025) di Aula Mandalasaba Dr. Djoenjoenan, Gedung Paguyuban Pasundan, Jalan Sumatera No. 41, Kota Bandung.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Bambang Heru P., M.S. selaku Ketua Sidang Promosi, dengan promotor Prof. Dr. H. Thomas Bustomi, M.Si., serta co-promotor Prof. Dr. H. Soleh Suryadi, M.Si.
Bertindak sebagai penguji dan oponen ahli yaitu Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., Prof. Dr. H. Kamal Alamsyah, M.Si., dan Prof. Dr. Iwan Satibi, M.Si.

Shofwan mengangkat disertasi berjudul Model Implementasi Kebijakan Sumedang Puseur Budaya Sunda pada Pemerintahan di Kabupaten Sumedang.
Dalam penelitiannya, ia menyoroti belum optimalnya implementasi kebijakan budaya Sunda di Sumedang yang tertuang dalam Perda Nomor 1 Tahun 2020.
“Sesuai dengan judulnya yaitu model implementasi kebijakan Sumedang Puseur Budaya Sunda. Itu berangkat dari Perda Nomor 1 Tahun 2020 tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda. Tujuannya adalah mencari titik di mana kelemahan dari produk hukum tersebut, karena selama ini belum terimplementasi dengan baik,” ungkap Shofwan saat ditemui usai sidang.
Hasil Disertasi dan Sidang

Dalam penelitian, ia menemukan bahwa strategi komunikasi yang lemah, rendahnya partisipasi masyarakat, serta keterbatasan sumber daya menjadi hambatan utama implementasi kebijakan.
Sebagai solusi, ia menawarkan pendekatan baru melalui integrasi nilai budaya ke dalam kehidupan masyarakat dan birokrasi.
“Saya mendapatkan dari hasil penelitian yaitu internalisasi dan digitalisasi budaya. Internalisasi di sini yaitu nilai-nilai kasundaan yang memengaruhi pada nantinya apabila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau budaya di Kabupaten Sumedang, maka akan menjamin budaya Sunda lebih baik, birokrat yang lebih baik. Intinya adalah Panca Waluya seperti keinginan dari Gubernur kita, KDM,” jelasnya.

Ia juga menambahkan bahwa ke depan diperlukan lebih banyak penelitian sejenis. Agar kebijakan berbasis budaya dapat diadaptasi di wilayah lain di Jawa Barat.
“Harapan ke depannya yaitu lebih dilakukan penelitian-penelitian lagi karena ini hanya terbatas di Sumedang. Harapan saya, Sunda itu tidak hanya Sumedang, tetapi seluruh yang ada di Jawa Barat kecuali Batavia mungkin. Nah, di sana kita bisa melihat nantinya bagaimana model ini bisa atau model-model lainnya yang bisa kita cari di Sunda. Sehingga Panca Waluya itu bisa diraih, juga kesadaran etik, utamanya adalah profesional di birokrat,” katanya.
Lulus dengan IPK 3,60 dan predikat yudisium sangat memuaskan, Shofwan menjadi lulusan doktor ke-291 dari Pascasarjana Unpas. Ia turut menyampaikan apresiasi terhadap kampus yang telah membimbing dan mendukung proses akademiknya.
“Unpas luar biasa, alhamdulillah. Pelayanannya luar biasa, perkuliahan nyaman, bimbingan nyaman, semuanya memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa-mahasiswa Unpas lainnya. Tentunya saya merasakan hal itu. Harapannya, Unpas lebih jaya ke depannya,” pungkasnya. (han)












