www.pasjabar.com — Mantan manajer Liverpool, Juergen Klopp, kembali melontarkan kritik tajam terhadap padatnya kalender sepak bola modern. Kali ini, pria asal Jerman itu menyoroti Piala Dunia Antar klub 2025, yang disebutnya sebagai “ide terburuk yang pernah diterapkan dalam sepak bola”.
Pernyataan ini menyusul digelarnya turnamen bergengsi tersebut di Amerika Serikat mulai 14 Juni hingga 13 Juli 2025.
Gealran tersebut hanya tiga pekan setelah berakhirnya musim Liga Inggris, dan empat pekan menjelang musim baru dimulai.
Klopp Soroti Beban Pemain: Tidak Ada Waktu untuk Pulih
Dalam wawancara bersama media Jerman Welt, Klopp menegaskan bahwa penyelenggaraan Piala Dunia Antarklub dengan format baru ini mengabaikan aspek terpenting dari sepak bola: kesehatan dan kesejahteraan pemain.
Ia menilai bahwa jeda waktu antarkompetisi yang sangat sempit memperbesar risiko kelelahan, baik secara fisik maupun mental.
“Pada akhirnya, semua itu seharusnya tentang pertandingan itu sendiri, bukan aspek-aspek di sekelilingnya – dan karena itulah Piala Dunia Antarklub adalah ide terburuk yang pernah diterapkan dalam sepak bola dalam konteks ini,” ujar Klopp.
Lebih lanjut, Klopp menyindir bahwa keputusan-keputusan seperti ini justru diambil oleh mereka yang tidak lagi terlibat langsung dalam sepak bola sehari-hari.
Klopp selama ini dikenal vokal menyoroti kalender kompetisi yang terlalu padat.
Ia bahkan membandingkan waktu istirahat pesepak bola dengan atlet NBA yang memiliki libur hingga empat bulan per tahun.
Sebagai contoh, ia menyebut bahwa bek Liverpool, Virgil van Dijk, hanya mendapatkan waktu istirahat total yang setara sepanjang karier profesionalnya.
Format Baru Piala Dunia Klub Picu Pro dan Kontra
Piala Dunia Antarklub 2025 merupakan edisi pertama yang memakai format baru 32 tim, menggantikan sistem lama yang hanya melibatkan tujuh tim.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai komersial, visibilitas global, dan menghadirkan kompetisi lebih merata secara geografis.
Namun, di sisi lain, banyak suara mengkritik bahwa turnamen ini justru memperburuk kepadatan jadwal klub-klub elite, terutama dari Eropa.
Kritik dari Klopp menambah panjang daftar pihak yang mempertanyakan urgensi dan relevansi turnamen ini.
Beberapa pelatih dan pengamat juga telah memperingatkan bahwa meningkatnya jumlah pertandingan dalam satu musim bisa berdampak buruk pada kualitas permainan dan kesehatan pemain jangka panjang.
Klub Non-Eropa Nikmati Panggung Besar, Tapi Keseimbangan Dipertanyakan
Meski kontroversial, turnamen ini tetap menampilkan beberapa laga menarik di fase grup.
Klub-klub dari Brasil bahkan tampil impresif, dengan empat tim berhasil lolos ke babak 16 besar, menunjukkan bahwa format baru ini setidaknya memberi panggung bagi tim-tim dari luar Eropa untuk bersinar.
Namun, Klopp tetap pada pendiriannya bahwa kompetisi semacam ini semestinya tidak mengorbankan kesehatan pemain demi kepentingan bisnis.
Ia menekankan bahwa sepak bola akan kehilangan rohnya jika terus memaksakan pertandingan tanpa mempertimbangkan aspek regenerasi fisik dan mental pemain.
“Kita sudah punya Copa America, Euro, Piala Dunia, dan kini Piala Dunia Antarklub. Tapi kapan pemain punya waktu untuk istirahat yang layak?” tutup Klopp.












