BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Dinas Pendidikan Kota Bandung membantah jika ada siswa SMP di Kota Bandung yang mengikuti aksi mahasiswa dan menjadi korban pelamparan gas air mata saat bentrok massa di Gedung DPRD Jabar terjadi, Senin (30/9/2019) lalu.
Hal tersebut ditegaskan Kadisdik Kota Bandung, Hikmat Ginanjar yang langsung memastikan ada tidaknya siswa yang menjadi korban dan ikut aksi mahassiswa tersebut.
“Kami langsung menugaskan Kabid P3TK, Edy Suparjoto dan Kasi P3TK SD, Akhmad Taufan. Kami mengecek satu per satu data maupun para korban yang disebut-sebut merupakan siswa SMPN Kota Bandung. Ternyata ada kekeliruan informasi yang tersebar. Yang dimaksud bukan SMPN Kota Bandung. Bahkan ada yang salah, tertulis dari Kota Bandung ternyata berasal dari aliansi santri, itupun dari luar daerah,” tutur Hikmat, dalam siaran persnya, Selasa (1/10/2019).
Hikmat juga mengapresiasi upaya kolaborasi orangtua, kepala sekolah, guru serta stakeholders pendidikan yang telah membantu menjaga kondusivitas Kota Bandung khususnya bagi para siswa SMP.
“Jadi tidak ada pelajar SMP Negeri di Kota Bandung yang terlibat dalam aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Senin (30/9/2019). Dan juga jadi korban sampai dialrikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan Kampus UNISBA,” ungkapnya.
Salah satu yang disebut-sebut terlibat aksi massa menolak beberapa Rancangan Undang-undang itu adalah siswa SMPN 30 Bandung. Menanggapi hal itu, Kepala Sekolah SMPN 30 Bandung, Harlina mengemukakan bahwa pihaknya langsung mengklarifikasi begitu tersiar kabar tersebut.
“Setelah diklarifikasi dan dikonfirmasi kepada para wali kelas, tidak ada siswa SMPN 30 Bandung yang terlibat dalam kejadian unjuk rasa pada hari kemarin,” ungkapnya melalui sambungan telepon seluler, Selasa (1/10/2019).
Hal serupa dikatakan Kepala SMPN 3 Bandung, Dikdik Setia Munardi. Dia mengatakan, segera setelah mendapatkan kabar bahwa salah satu siswanya yakni Rendi menjadi salah satu korban aksi demonstrasi, pihaknya langsung mengecek kebenarannya. Tidak cukup hanya laporan via telepon, Wali kelas beserta Humas SMPN 3 Bandung langsung menuju rumah Rendi sekitar pukul 23.00 WIB.
“Alhamdulillah Rendi ada di rumah dan orangtuanya pun menyampaikan bahwa anaknya seharian di rumah,” sebutnya.
Sejak jauh-jauh hari sebelumnya, sesuai arahan Kadisdik, Dikdik telah malakukan sosialisasi pencegahan keterlibatan siswa dalam aksi demonstrasi.
“Tentu sosialisasi itu dilakukan sebagai upaya untuk melindungi keselamatan siswa,” timpalnya. (tie)