BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM— Di antara riuh ombak yang tak pernah berhenti memecah pantai timur Sumatera, tersimpan kisah tentang kekuasaan, keberanian, dan strategi di lautan. Nama Datuk Laksemana Raja di Laut bukan sekadar legenda. Ia adalah simbol kekuatan maritim Kerajaan Siak yang pernah menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka pada abad ke-18 hingga awal abad ke-20.
Dari Bengkalis, suaranya menggema hingga ke ujung perairan, membuat bangsa asing seperti Belanda dan Inggris tak bisa memalingkan pandangannya dari kawasan ini.
Namun, sejarah sering kali hanya menyorot sosok laki-laki di garis depan kekuasaan. Padahal, di balik layar lautan yang bergelora, ada kisah yang tak kalah menakjubkan — tentang seorang perempuan yang pernah memimpin Bengkalis.
Pelabuhan penting ini, yang menjadi rebutan VOC dan Kerajaan Inggris, pernah berada di bawah kepemimpinan perempuan tangguh yang namanya jarang disebut dalam narasi besar sejarah Nusantara.
Kisah yang lama terkubur itu kini kembali dihidupkan lewat Diskusi Buku #86 Temu Sejarah yang mengangkat karya Datuk Laksemana Raja di Laut (1800–1928): Penguasa Perairan Kerajaan Siak karya Bayu Amde Winata.
Buku ini bukan hanya menelusuri perjalanan Laksemana Raja di Laut dari awal hingga akhir masa kekuasaannya, tetapi juga membuka pandangan baru tentang bagaimana Kerajaan Siak membangun kejayaannya di wilayah maritim yang luas dan strategis.
Diskusi ini akan dipandu oleh Iqbal Rizaldin sebagai moderator, menghadirkan ruang untuk membaca ulang sejarah pantai timur Sumatera dari perspektif yang lebih utuh—tentang kekuasaan, perdagangan, dan peran perempuan di baliknya.
Acara ini akan berlangsung pada:
🗓 Kamis, 9 Oktober 2025
🕗 20.00 – 21.30 WIB
📍 Via Zoom (Gratis)
Bagi yang ingin bergabung, cukup kirim pesan dengan format:
Daftar Diskusi Buku #86 – Nama – Domisili
ke 0895-3572-55688.
Temu Sejarah kembali mengajak para pencinta sejarah untuk menyelami lapisan waktu yang jarang dibuka. Karena sejarah bukan sekadar nama besar dan tahun kejayaan, tetapi juga tentang suara-suara yang nyaris terlupakan oleh arus waktu.
Jangan lupa ikuti akun @temusejarah untuk informasi diskusi menarik lainnya. Sampai jumpa Kamis malam nanti—saat gelombang sejarah kembali bergulung membawa kisah dari pesisir Siak. (tiwi)











