BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Sidang Promosi Doktor Ilmu Sosial Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas) atas nama Nana Sujana digelar di Aula Mandalasaba dr. Djoenjoenan, Kampus Pascasarjana Unpas, Jalan Sumatra No. 41, Kota Bandung, Kamis (20/11/2025).
Nana Sujana resmi meraih gelar Doktor Ilmu Sosial setelah mempertahankan disertasinya berjudul “Model Collaborative Governance dalam Penanganan Percepatan Penurunan Stunting di Kota Tasikmalaya”.
Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. H. Bambang Heru P, MS., dengan Promotor Prof. Dr. H. Kamal Alamsyah, M.Si., serta Co-Promotor Prof. Dr. H. Thomas Bustomi, M.Si.
Jajaran penguji atau oponen ahli terdiri dari Prof. Dr. H. Soleh Suryadi, M.Si., Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi, M.Si., dan Prof. Dr. H. Yaya Mulyana Abdul Azis, M.Si.
Tantangan Kolaborasi Lintas Sektor dalam Penanganan Stunting
Dalam disertasinya, Nana menyoroti tingginya prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya yang membutuhkan intervensi terpadu dari berbagai sektor.
Ia menggunakan teori Collaborative Governance Ansell dan Gash yang mencakup lima elemen: kondisi awal, desain kelembagaan, kepemimpinan fasilitatif, proses kolaboratif, dan hasil antara.

Penelitian dilakukan melalui pendekatan studi kasus dan metode kualitatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, studi dokumen, dan observasi partisipatif.
Ia menemukan bahwa Kota Tasikmalaya telah menginisiasi kolaborasi melalui pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan inovasi seperti “One ASN One Stunting” serta aplikasi PASTI (Pencegahan Stunting).
Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kolaborasi masih menghadapi sejumlah hambatan.
Antara lain keterbatasan integrasi data, dominasi pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, ketergantungan pada figur kepemimpinan tertentu, serta lemahnya sistem umpan balik masyarakat.
Faktor Penghambat dan Rekomendasi Penguatan Collaborative Governance
Nana memaparkan bahwa efektivitas kolaborasi penanganan stunting di Kota Tasikmalaya belum tercapai secara optimal.
Dominasi pemerintah membuat proses belum berjalan setara, sementara kurangnya transparansi data menghambat analisis berbasis bukti. Selain itu, keberlanjutan kolaborasi dinilai rentan karena bergantung pada kepemimpinan fasilitatif individu, bukan kelembagaan.
Melalui penelitiannya, Nana merekomendasikan penguatan politik anggaran, perbaikan desain kelembagaan yang memastikan kesetaraan peran, peningkatan transparansi data, serta pembentukan kepemimpinan fasilitatif yang lebih struktural.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat agar kolaborasi menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan.
Lulus Sangat Memuaskan dan Harapan untuk Penguatan Kapasitas Lokal
Nana Sujana dinyatakan lulus dengan IPK 3,64 dan predikat Sangat Memuaskan. Ia menjadi doktor ke-305 Ilmu Sosial Pascasarjana Unpas.
Dalam wawancaranya usai sidang, Nana menyampaikan alasan memilih stunting sebagai fokus penelitiannya.

“Realitas tadi juga disampaikan oleh Pak Sekda, bahwa posisi Kota Tasikmalaya berada di pertengahan, angkanya belum sesuai target nasional di angka 14%, masih ada gap sekitar 5%. Itu yang membuat kami tertarik meneliti, sekaligus ingin memberikan kontribusi agar pergerakan collaborative governance di Kota Tasikmalaya bisa mencapai target nasional,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa novelty penelitiannya berperan penting dalam memperkuat kapasitas lokal.
“Harapannya, dengan novelty yang dihasilkan, penguatan kapasitas lokal bisa terus ditingkatkan sehingga mereka mandiri dalam menyelesaikan persoalan stunting di wilayah masing-masing,” ujarnya.
Tak lupa, Nana menyampaikan apresiasinya kepada Pascasarjana Unpas.
“Saya kira Pascasarjana ini lulusannya cukup signifikan. Mudah-mudahan ke depan lebih banyak yang sekolah di sini, dan pascasarjana bisa membuka lebih banyak program untuk melengkapi keilmuan di Pasundan,” tutupnya. (han)












