BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM — Komunitas Kendangers akan menggelar pertunjukkan ‘Padungdung to Unesco’ yang akan diselenggarakan pada Sabtu 23 November 2019 mendatang bertempat di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat.
Acara yang akan melibatkan para seniman kendang dari 13 kota dan kabupaten ini merupakan sumbangsih, kecintaan dan pelestarian seni kendang.
“Saat ini kendang sunda belum diakui oleh UNESCO, dan semoga kegiatan dan aktifnya komunitas Kendangers dapat menjadi embrio untuk menuju pengakuan UNESCO. terlebih kendang juga sudah menjadi simbol alat musik dan ikon Jabar, sebab 80 persen kesenian Jawa Barat menggunakan alat kendang,” terang Wakil ketua kendangers Bandung sekaligus ketua pelaksana Ipo saratuspersen diacara Jumpa pers pada Kamis (21/11/2019) di Akar Store & Cafe Jalan Buah Batu 79 bandung 40262.
Ipo mengungkapkan bahwa ia bersyukur bahwa saat ini Kendang semakin diminati, karena semakin banyak pemain kendang yang ke bermunculan, terlebih sejak hadirnya Kendangers tercatat ada ribuan pemain kendang di Jawa Barat. Bahkan di wilayah lain seperti Bali, pemain kendang bermunculan, juga di luar negeri seperti Australia, Amerika Serikat, Brunai Darussalam hingga China.
“Adapun Kendangers yang kini berusia 2 tahun merupakan Inisiasi dari segelintir Penabuh Kendang yang dalam didektika seni budaya Sunda biasa disebut ‘Tukang Kendang’. Diawali dan’ obrolan warung kopi yang berlanjut spontanitas membentuk grup WA maka tercetuslah nama KENDANGERS yang terbentuk pada 17 November 2017 di ISBI Bandung,” jelasnya.
Nama KENDANGERS, tambah Ipo adalah ‘penyelenehan’ Bahasa Inggris yang bersifat jamak yang mana akhiran ‘er’ identik dengan arti pemain atau penabuh, seperti “player atau ‘dmmmef maka KENDANGERS diartikan sebagai Para Tukang Kendang. Hanya sesederhana itu, saja inisiatif nama tersebut digulirkan.
Adapun motoris KENDANGERS terbangun oleh 3 orang: Ipo Cepé, Edan, Riki Buroq yang tak lepas dari dukungan kawan-kawan lainnya.
“Kiprah eksistensi pun diupayakan. Salah satunya KENDANGERS memecahkan rekor ORI 2018 di HUT 17 Kota Cimahi dengan medley 17 Genre Pola Tepak Kendang, 17 Pengendang Cilik, 17 Pengendang Wanna dan 170 Pengendang Pria,” urainya.
Dalam 2 tahun KENDANGERS bukanlah perjalanan mudah membangun citra dan menjaring relasi demi tertopangnya kekuatan moril dan materil. Namun kesulitan itu dipandang wajar karena dukungan demi pelestarian seni budaya agar sustainable tidaklah mudah didapatkan.
“Dalam perjalanan 2 tahun ini KENDANGERS bertepi pada titik temu ide-ide kreatif yang kinl digagaskan herupa rancangan program Agenda 2020,” sahutnya.
Untuk agenda 2020 yang puncaknya akan digelar bulan Agustus yakni bersepakat merevisi nama dengan membuang huruf S sehingga menjadi KENDANGER agar lebih akrab dengan lidah orang Sunda karena KENDANGERS bukanlah kata Bahasa lnggris resmi tetapi hanya nyeleneh guna melabeli wadah komunitas supaya mudah disebutkan dan mudah diingat.
“Kalaupun Bahasa Inggris, untuk nama institusi tidaklah harus bersifat jamak. Selengkapnya nama menjadi, KENDANGER Jabar Kendang Community Indonesia,” jelasnya.
Pihaknya juga akan membentuk KURATORIUM KENDANGER guna memperluas arah pandang dan daya jangkau interelasi serta berkomitmen mengenang jasa para Ieluhur seni budaya maka KENDANGER akan mengupayakan ‘kendang’ sampai diakui UNESCO sebagai wujud warisan budaya dunia. Inilah sebabnya ulang tahun kedua ini mengsusung tema ‘PADUNGDUNG TO UNESCO’.
“Kami juga ingin membangun kemitraan dengan lembaga-Iembaga kenegaraan dan perekonomian yang bertujuan membangun ekonomi kreatif berbasis kendang berikut seniman dan pengrajinnya,” tandasnya.
Sementara itu, agenda program 2020 sebagai piiakan visi misi KENDANGER akan diisi beberapa kegiatan signifikan yang diantaranya 2 Pemecahan Rekor MURI yang secara keseluruhan program akan dikemas kultural dan spiritual dalam wacana intelektual.
“KENDANGER mempatenkan diri demi legalitas badan agar terakui secara fakta hukum yang disertai draf AD ART keorganisasian guna melahirkan kartu keanggotaan secara selektif,” ucapnya.
Terakhir Ipo menyampaikan bahwa ia berharap generasi yang akan datang tidak akan kehilangan identitas bahwa kendang merupakan simbol Jawa Barat. (Tan)