BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM – Ketua Federasi Aksi Guru Indonesia (FAGI) Jawa Barat, Iwan Hermawan mengusulkan kegiatan belajar siswa menitik beratkan kepada literasi.
“Kami mengusulkan siswa lebih banyak di tugaskan membaca buku dan laporanya bentuk resensi buku. Cukup dalam seminggu satu mata pelajaran satu buku. bisa buku mata pelajaran, buku ilmu pengetahuan, Buku cerita atau novel dan lainnya. Sehingga selama 14 hari bisa 14 buku yang dibaca siswa, di mana hal tersebut jarang dilakukan pada hari-hari biasa,” terangnya, kepada Pasjabar, Senin (23/3/2020).
Sehingga lanjut Iwan, Guru bertugas mengirim E-book kepada siswa melaui group medsos kelas, untuk kemudian laporan resensi buku dari siswa ke guru cukup dilakukan seminggu sekali saja.
Sementara itu, sebelumnya PGRI Jawa Barat mendukung langkah-langkah preventif yang diambil pemerintah baik pusat maupun daerah, dalam upaya memutus mata rantai corona agar tidak lebih menyebar, salah satunya dengan meliburkan sekolah, namun ada beberapa hal catatan dan masukan dari masyarakat dan orang tua siswa serta PGRI.
Hal ini disampaikan oleh Sekertaris PGRI Jawa Barat, Maman Sulaeman mengungkapkan bahwa pihaknya sangat memaklumi dan memahami kegalauan dan kepanikann baik pemerintah maupun orang tua siswa atau masyarakat umum.
“Secara terstruktur kami PGRI Jawa Barat berada di barisan paling depan dalam membantu mensosialisasikan kebijakan pemerintah pusat dan daerah serta turut menenangkan, memberi pengertian, pemahaman terutama kepada pihak warga sekolah serta memberikan alternatif solusi dalam pelaksanaan pembelajar di rumah,” terangnya.
Maman melanjutkan bahwa setelah belajar lima hari terhitung sejak 16 Maret hingga 21 Maret 2020. Terdapat beberapa masalah terutama dalam belajar online, yang dilaksaakan saat ini.
“Beberapa permasalahan bahwa masyarakat atau orang tua merasa terbebani dengan berbagai tugas setiap mata pelajaran sehingga sampai larut malam dalam mengerjakan tugas,” tandasnya.
Di samping itu, terang Maman anak yang berkerja kelompok waktunya berlarut-larut sehingga kurang terkontrol dan banyak intruksi yang harus dilaksanakan di luar kemampuan.
“Mengenai hal ini kami menerima usulan dan masukan dari berbagai pihak yakni penjelasan yang spesifik kepada seluruh guru tentang ruhnya belajar jarak jauh serta teknisnya, serta setiap sekolah harus memberi penjelasan kepada orang tua secara terstruktur, terinci dan terprogram,” jelasnya.
Selain itu, model pembelajaran pun perlu diubah ke dalam hal yang lebih merarik, tidak merupakan instruksi tapi memberi pengalaman menyenangkan serta pengawasan dan pendampingan harus dilaksanakan oleh pihak terkait.
“Tidak setiap siswa memiliki internet memadai sehingga mencari warnet terkadang warnet bermasalah maka tugas jangan hanya bentuk online, tetapi bentuk lain yang dapat dikerjakan baik perorangan maupun kelompok misalya hafalan, kemudian di tes pada waktu masuk ke sekolah serta tidak setiap siswa memiliki HP yang komplit ataupun laptop atau komputer yang memadai maka disiapkan KBM yang non online,” tandasnya.
Hal lainnya lanjut Maman pemberian tugas pun jangan terlalu dibatasi sehingga menjadi stress dan perlu memberikan tugas yang bebas terbatas sehingga siswa merasa senang untuk mengembangkannya.
Di samping itu, tagihan pengumpulan tugas setiap siswa tidak harus dalam waktu yang sama atau serentak sera harus memperhatikan keadaan dan kemampuan siswa serta latarbelakang orang tuanya.
“Kami PGRI Jawa Barat juga mengucapkan terimakasih kepada gubernur Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan, KCD serta para kepala sekolah dan guru yang mensukseskan program ini, semoga Allah SWT menjaga kita dan pandemi segera berakhir,” pungkasnya. (tan)