JAKARTA, WWW.PASJABAR.COM — Pemerintah berbagai negara terus terusaha memerangi pandemi COVID-19. Hal ini juga dilakukan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA).
Dubes Indonesia untuk UEA Husin Bagir memberi pemaparan bagaimana penanganan COVID-19 di UEA. Salah satunya adalah ketegasan pemerintah setempat terhadap pelanggar protokol kesehatan.
“Di UEA aturan itu sangat keras. Jadi, kalau anda tidak pakai masker bisa kena denda, mobil empat orang kena denda, dan dendanya juga langsung, mau orang lokal maupun non lokal tetap harus bayar. Jadi betul-betul low enforcement berlau di UEA. Akibatnya mereka bisa mengontrol tingkat perluasan COVID-19 di UEA,” kata Husin dalam video conference dengan Satgas COVID-19, Senin (14/12/2020).
Monitoring juga dilakukan dengan ketat terhadap mereka yang terkonfirmasi positif COVID-19. Di sana, orang yang terkonfirmasi positif akan dipasangkan gelang canggih hingga masa isolasi atau pengobatannya selesai. Yang bersangkutan tak boleh pergi ke mana-mana.
“Monitoring di sana canggih. Jadi, orang kalau sudah dapat gelang COVID-19, dia dimonitor, selama 14 hari dikarantina dimonitor betul. Lebih dari 50 meter saja (keluar dari tempat isolasi), kena denda. Itu yang saya lihat, di UAE ketentuannya seperti itu,” jelasnya.
Selain tak mau didenda, warga di UEA juga punya kesadaran tinggi terhadap penerapan protokol kesehatan. Mereka berusaha mematuhi berbagai aturan untuk pencehan penyebaran COVID-19.
Ia mencontohkan salah satu restoran di Abu Dhabi. Ketika ia datang ke lokasi untuk makan bersama para pejabat dari Indonesia seperti Luhut Binsar Panjaitan dan Erick Thohir, ia meminta satu tambahan kursi karena dirasa kurang.
Namun, hal itu tak dipenuhi pengelola restoran. Sebab, maksimal satu meja hanya diperbolehkan berisi empat kursi. Tak ada toleransi meski yang datang adalah pejabat penting dari negara lain.
“Dia (pengelola restoran) bilang, ‘kalau nambah satu kursi restoran saya bisa tutup’,” ungkap Husin.
Karena itu, kasus COVID-19 di UEA cukup terkontrol hingga kini. Sejauh ini, jumlah kasus terkonfirmasi positif di UEA ada 183 ribu orang. Dari jumlah itu, sekitar 163 ribu orang di antaranya dinyatakan sudah sembuh, 600-an orang meninggal, dan sisanya dalam proses pemulihan. Hal ini juga ditunjang karena fasilitas kesehatan mumpuni di sana.
“Tingkat kesembuhan di UEA itu cukup tinggi mengingat banyak fasilitas kesehatan yang sangat memadai dan sarana teknologi yang menunjang di UEA,” tandas Husin. (ors)