KABUPATEN BANDUNG, WWW.PASJABAR.COM– Sejak pandemi Covid-19, sistem pendidikan di Indonesia dilakukan secara daring, namun proses belajar mengajar secara daring atau online ini sering dikeluhkan oleh siswa maupun orang tua siswa.
Hal ini karena tidak memiliki kuota untuk mengikuti belajar daring, bahkan masih banyak juga masyarakat yang tidak memiliki gadget atau telepon pintar untuk dapat mengikuti sistem belajar daring.
Mengingat hal tersebut, Perempuan Garda Nusantara (PGN) menciptakan teknologi pembelajaran daring tanpa menggunakan jaringan internet atau tanpa kuota.
Tidak hanya aplikasi PGN memberikan Tab dan laptop Sebanyak 60 Pcs dan satu boks server. Dibagikan kepada siswa SMP dan SD Babusalam di Desa Ciburial Kecamatan Cimenyan , Kabupaten Bandung, Jawa Barat kamis (18/3/2021).
Dalam aplikasi tersebut selain menyediakan fitur pembelajaran, juga diciptakan fitur agar pelajar terhindar dari faham yang tidak sesuai pancasila, sehingga pada saat pertama kali dibuka fitur tersebut akan menampil lagu indonesia raya, sumpah pemuda dan pancasila. Selain itu, siswa juga bisa menyaksikan pidato presiden, bahkan nanti bisa juga dimasukan fitur pidato kepala daerah sehingga aplikasi ini bisa menjadi sosialisasi kepala daerah kepada siswa.
“Di PGN Tab itu setiap dibuka ada lagu Indonesia Raya, Sumpah Pemuda, pancasila dan sambutan presiden, di Jawa Barat, kalau pak Gubernur ingin menyapa anak-anak didik se-Jawa Barat bisa kita masukan disitu,” kata Dr. Connie Rahakundini Bakrie selaku ketua PGN.
Pihak PGN sendiri akan berkoordinasi dengan pihak pemerintah Provinsi Jawa Barat agar aplikasi tersebut diterapkan di provinsi Jawa Barat, aplikasi tersebut tetap bisa digunakan meski sudah proses belajar tatap muka, sebab dalam aplikasi itu di sediakan buku-buku pelajaran mulai dari SD hingga SMA.
“Saya nanti akan mencoba bertemu gubernur Jawa Barat,”ujarnya.
Di Jawa Barat sendiri aplikasi serta program dari PGN ini di sambut baik oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dedi Supandi, menjelaskan bahwa di Jawa Barat masi ada 200 Desa dengan status hutan, atau sulit untuk akses internet, sehingga nanti dinas pendidikan akan berkoordinasi dengan Kominfo agar sistem tersebut bisa digunakan. Sebab aplikasi tersebut bisa di gunakan di pedesaan sebab tanpa harus ada koneksi internet.
“Di Jawa Barat Smart Learning kita lakukan dengan berkoordinasi dengan kominfo, karena di kita itu ada 1200-san desa dengan seratus hutan,” kata Dedi Supandi di lokasi yang sama. (fal)